Tren GoweTren Goweser Pindah ke Sepeda Listrik Meningkat, Ini Alasannyaser Pindah ke Sepeda Listrik Meningkat, Ini Alasannya

  • Bagikan
Pengunjung mencoba sepeda listrik Italjet asal Italia dalam acara Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2015 di Kemayoran, Jakarta, 22 Agustus 2015. Italjet mampu menjelajah mulai dari 70 km hingga 100 km dengan kecepatan maksimal 34 kpj. TEMPO/Fajar Januarta

Suaraindo.id- Salah satu fenomena yang muncul di tengah menjamurnya pesepeda adalah tren modifikasi, termasuk mengubah sepeda biasa menjadi sepeda listrik.

“Kebanyakan sih orang-orang yang baru belajar (newbie) gowes,” kata Owner Petrikbike, Adi Siswanto kepada Tempo, Jumat, 10 Juli 2020.

Orang yang dianggap baru belajar bersepeda itu, kata Adi, mayoritas pengguna sepeda lipat. Dalam sehari, selama masa demam sepeda ini, Petrikbike rata-rata menerima satu sampai dua unit seli untuk dikustom menjadi sepeda listrik.

“Ibaratnya mereka ini orang baru yang tidak terlalu kuat naik sepeda,”ujarnya.

Sementara itu, kata Adi, untuk jenis sepeda MTB (Mountain Bike) sebagian besar adalah para pesepeda yang berusia rata-rata di atas 40 tahun.

Kebanyakan, kata dia, adalah sesepuh di dunia gowes tapi masih mau main atau bersepeda jarak jauh.

“Istilahnya sudah tua, tapi masih mau ngejar jarak 40-60 kilometer. Makanya mereka minta jadi sepeda listrik, biar ada bantuan tenaga,”ujarnya.

Untuk diketahui di bengkel Petrikbike, pelanggan dapat memilih sepeda listrik berbasis Pedal Assist maupun Hand Throttle.

Sistem Pedal Assist biasanya bekerja dengan sensor. Cara kerjanya, mengikuti irama kayuhan. Saat dikayuh, dinamo otomatis membantu, sehingga sepeda akan terasa lebih enteng.

Sementara Hand Throttle secara umum mirip sepeda motor konvensional atau bertenaga bensin. Saat gas diputar atau ditarik, sepeda listrik akan bergerak.

  • Bagikan