Suaraindo.id–Dalam pidato kenegaraan pertamanya pada Selasa (1/3) malam, Presiden AS Joe Biden memuji-muji keberhasilannya dalam mempersatukan sebagian besar dunia melawan invasi Presiden Rusia Vladimir Putih terhadap Ukraina. Biden mengatakan Ukraina ada di garis depan pertempuran global antara demokrasi dan kediktatoran, dan bahwa demokrasilah yang akan menang.
Dengan Putin yang meningkatkan serangan terhadap kota-kota besar Ukraina seperti Kharkiv dan Kyiv, Biden berdiri di majelis DPR dan mengatakan kepada rakyat Amerika bahwa dunia bebas bersatu melawan agresi Putin.
“Dunia bebas menuntut pertanggungjawabannya,” kata Biden. “Termasuk juga 27 anggota Uni Eropa, yang antara lain mencakup Prancis, Jerman, Italia, serta negara-negara seperti Inggris, Kanada, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru dan banyak lagi, bahkan Swiss menimbulkan kerugian bagi Rusia dan mendukung rakyat Ukraina. Putin kini terkucil dari dunia lebih daripada sebelumnya.”
Biden mengatakan Putin salah hitung sewaktu ia meluncurkan invasi skala penuh terhadap tetangganya, menghadapi “dinding kekuatan yang tidak pernah ia antisipasi atau bayangkan” selain dari dunia yang “terkapar.”
“Ia mengira ia dapat memecah belah kita di dalam negeri di majelis ini dan negara ini. Ia mengira ia dapat memecah belah kita di Eropa juga, tetapi Putin keliru. Kita siap, kita bersatu, dan itulah yang kita lakukan,” lanjut Biden.
Pemimpin AS itu menyebutkan beberapa tindakan besar yang telah diambil AS dan negara-negara lain dalam menanggapi invasi Rusia, termasuk sanksi-sanksi terhadap sistem keuangan negara itu, satgas baru Departemen Kehakiman AS yang menarget oligarki Rusia, larangan terhadap penerbangan Rusia di dalam wilayah angkasa AS dan dukungan langsung bagi Ukraina dalam bentuk bantuan militer, ekonomi dan kemanusiaan.
“Dalam pertempuran antara demokrasi dan kediktatoran, demokrasi bangkit pada momen ini, dan dunia jelas memilih sisi perdamaian dan keamanan,” ujar Biden. “Ini adalah ujian nyata. Ini akan memakan waktu. Jadi mari kita terus menarik inspirasi dari tekad baja rakyat Ukraina.”
Di antara topik yang tidak dibahas dalam pidato tersebut adalah kekacauan saat keluarnya pasukan NATO yang dipimpin AS dari Afghanistan Agustus lalu. Tetapi dalam tanggapan partai Republik terhadap pidato Biden, Gubernur Iowa Kim Reynold mengecam presiden atas apa yang ia sebut kegagalannya di sana.
“Penarikan dari Afghanistan yang membawa petaka telah menimbulkan korban lebih dari sekadar nyawa warga Amerika, ini mengkhianati sekutu-sekutu kita dan membuat musuh-musuh kita lebih berani,” kata Reynolds.
Para pakar mengatakan mengingat krisis yang sekarang ini, masuk akal apabila Biden mencurahkan bagian mengenai kebijakan luar negeri dalam pidatonya itu untuk Ukraina, meskipun masih banyak hal yang belum pasti. [uh/ab]