Suaraindo.id–Pemerintahan Presiden Amerika Serika (AS) Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk melepaskan hingga 180 juta barel minyak mentah miliknya yang disimpan di Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR). Wacana tersebut mengemuka ketika Gedung Putih mencoba menurunkan harga bahan bakar, empat sumber AS mengatakan pada Rabu (30/3).
Negara-negara anggota Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) akan bertemu pada Jumat (1/4) pukul 1200 GMT untuk membuat keputusan terkait pelepasan minyak kolektif, juru bicara menteri energi Selandia Baru mengatakan dalam sebuah email pada Kamis (31/3).
“Volume (minyak) yang berpotensi untuk dilepas secara kolektif belum diputuskan,” tambah juru bicara menteri Megan Woods. “Pertemuan itu akan menetapkan volume total, dan alokasi per negara akan mengikuti,” katanya.
Tidak jelas apakah penarikan SPR AS akan menjadi bagian dari pelepasan minyak mentah global yang terkoordinasi.
Volume pelepasan minyak AS yang dipertimbangkan itu, yang setara dengan sekitar dua hari permintaan global, akan menandai ketiga kalinya AS memanfaatkan cadangan strategisnya dalam enam bulan terakhir. Hal itu sekaligus akan menjadi pelepasan terbesar dalam waktu 50 tahun pada sejarah SPR.
Harga minyak global anjlok lebih dari $5 per barel di tengah berita tersebut.
Harga minyak telah melonjak sejak Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari dan AS serta sekutunya menanggapi dengan sanksi berat terhadap Rusia, pengekspor minyak mentah terbesar kedua.
Rusia adalah salah satu produsen minyak utama, menyumbang sekitar 10 persen ke pasar global. Namun sanksi dan keengganan pembeli untuk membeli minyak Rusia dapat menghapus sekitar 3 juta barel per hari (bph) minyak Rusia dari pasar mulai April, kata IEA.
Rusia mengekspor 4 hingga 5 juta barel per hari.
Berita itu muncul tepat sebelum Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, kelompok produsen minyak yang dikenal sebagai OPEC+ yang mencakup Arab Saudi dan Rusia, bertemu untuk membahas pengurangan pembatasan pasokan. AS, Inggris, dan lainnya sebelumnya telah mendesak OPEC+ untuk segera meningkatkan produksi.
Namun, OPEC+ diperkirakan tidak akan menyimpang dari rencananya untuk terus meningkatkan produksi secara bertahap ketika bertemu Kamis (31/3).
SPR AS saat ini berada di posisi 568,3 juta barel, terendah sejak Mei 2002, menurut Departemen Energi AS.
AS dianggap sebagai pengekspor minyak bersih oleh IEA. Namun status itu dapat berubah menjadi negara pengimpor bersih pada tahun ini dan kemudian kembali lagi menjadi pengekspor karena produksi minyak mengalami kelambatan untuk pulih kembali akibat pandemi COVID-19.
Belum jelas apakah penarikan 180 juta barel akan terdiri dari pertukaran dari cadangan yang harus diganti oleh perusahaan minyak di kemudian hari, penjualan langsung, atau kombinasi keduanya.
Gedung Putih tidak mengomentari rencana untuk melepaskan cadangan minyak tersebut.
“Kebutuhan mendesak adalah untuk mengisi kesenjangan dalam ekonomi riil, dan melepaskan barel dari SPR akan mengatasi masalah itu meskipun secara efektif mentransfer kekurangan dari satu kantong ke kantong lainnya,” kata Howie Lee, seorang ekonom di bank OCBC Singapura.
Kewajiban Politik Biden
Gedung Putih mengatakan Biden akan menyampaikan pidato pada 1730 GMT tentang “tindakan pemerintahannya untuk mengurangi dampak kenaikan harga Putin pada harga energi dan menurunkan harga gas di pom bensin untuk keluarga Amerika.”
Harga bensin yang tinggi merupakan kewajiban politik bagi Biden dan Partai Demokratnya karena mereka berusaha untuk mempertahankan kendali Kongres dalam pemilihan November.
Mengingat bahwa Amerika Serikat mengambil “sikap tegas terhadap Moskow, menjanjikan lebih banyak sanksi jika Rusia terus berperang di Ukraina, kami yakin rilis SPR digunakan sebagai alat untuk menumpulkan dampak dari keputusan kebijakan luar negeri ini bagi konsumen AS, ” kata RBC Capital.
Menteri Energi AS Jennifer Granholm mengatakan pekan lalu bahwa AS dan sekutunya di IEA sedang mendiskusikan pelepasan minyak terkoordinasi lebih lanjut dari cadangan mereka.
Negara-negara anggota IEA setuju sebelumnya pada bulan Maret untuk melepaskan lebih dari 60 juta barel cadangan minyak, dengan 30 juta barel berasal dari SPR AS. [ah/rs]