Suaraindo.id— Amerika Serikat meningkatkan travel note atau travel advisory (nasehat perjalanan) di Indonesia ke level dua. Warga Amerika diminta berhati-hati pergi ke Indonesia terkait potensi aksi teroris dan konflik sosial. Dua daerah yang diminta untuk dihindari adalah Sulawesi dan Papua.
Menanggapi peringatan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Amerika pada 25 April itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada VOA, Rabu (27/4) menjelaskan pemerintah Amerika melalui kedutaannya di Jakarta sering mengeluarkan imbauan atau peringatan bagi warganya untuk tidak berkunjung ke Indonesia. Oleh karena itu peringatan terbaru yang dikeluarkan itu menurutnya bukan sesuatu yang istimewa.
Ditambahkannya, keputusan Kedutaan Amerika itu juga berdasarkan perspektif mereka. Indonesia, ujarnya, juga memiliki catatan-catatan mengenai negara lain dalam kepentingan untuk melindungi warga Indonesia di luar negeri.
“Bahkan ke Amerika Serikat seringkali terjadi penembakan serampangan. Ini juga menunjukkan bahwa warga negara kita harus berhati-hati dalam melakukan kunjungan ke Amerika Serikat misalnya karena kepemilikan senjata begitu besar di sana sehingga terjadi kasus-kasus penembakan secara acak. Justeru di situ menyebabkan jaminan keselamatan dan keamanan perlu terus diperhatikan oleh WNI kita,” kata Faizasyah.
Faizasyah menekankan di negara mana saja ada wilayah-wilayah yang tingkat kerawanannya perlu diperhatikan oleh warga asing yang berkunjung, tidak hanya di Indonesia. Dia mencontohkan dirinya pernah bertugas ke Amerika dan diberi imbauan untuk tidak mengunjungi tempat-tempat tertentu di sana karena seringkali terjadi tindakan kriminal dan perang antar geng.
Operasi kelompok bersenjata, tambahnya, juga hanya di daerah-daerah tertentu di Papua, tidak di seluruh wilayah Papua. Faizasyah mempersilakan warga Amerika untuk menafsirkan sendiri peringatan perjalanan yang dikeluarkan oleh kedutaan Amerika di Jakarta.
Menurut Faizasyah, kepemilikan senjata api di Papua tidak sebanyak dengan kepemilikan senjata warga sipil di Amerika yang membuat penembakan secara acak sering terjadi di negara tersebut.
Antisipasi Potensi Serangan Jelang Lebaran
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib menilai peringatan yang disampaikan Kedutaan Amerika itu merupakan program rutin dan merupakan bagian dari tanggung jawab pemerintah Amerika untuk mengamankan warganya.
Dia menambahkan mendekati lebaran dan liburan biasanya kelompok-kelompok teroris mencari kelengahan aparat keamanan.
Berdasarkan data beberapa tahun sebelumnya lanjut Ridlwan indikasi akan terjadi serangan atau serangan teroris berlangsung beberapa hari menjelang Idul Fitri. Dia mencontohkan serangan teroris di Markas Kepolisian Resor Kota Solo dan Markas Kepolisian Sektor di Sukoharjo terjadi menjelang Idul Fitri.
“(Terkait Papua), memang indikasi KKB (kelompok kriminal bersenjata) terus melakukan aksinya, baik melakukan serangan ke koramil, pos jaga, dan sebagainya. Jadi wajar juga kalau itu dianggap sebagai wilayah yang rawan dikunjungi oleh warga negara Amerika,” ujar Ridlwan.
Mengenai situasi di Sulawesi, tambah Ridlwan, merupakan anomali. Dia mengatakan kekuatan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso juga sudah lemah dan tidak ada indikasi untuk melakukan serangan apapun berdasarkan data enam bulan terakhir.
Karena itu, Ridlwan menilai situasi di Sulawesi relatif aman setelah berkurangnya kekuatan MIT.
Dia menyebut justru Sumatera yang situasi keamanannya bisa rawan karena ada peningkatan kekuatan Jamaah Islamiyah dan Negara Islam Indonesia (NII), seperti di Sumatera Barat dan Lampung.
Menurutnya kelompok-kelompok teroris akan menyasar objek-obejk vital seperti kantor polisi, istana dan aparat polisi. Yang juga perlu diwaspadai adalah serangan teroris di tempat-tempat umum termasuk gereja dan pusat perbelanjaan.
Ridlwan menegaskan peringatan yang dikeluarkan oleh Kedutaan Amerika di Jakarta merupakan hal yang wajar dan tidak menunjukkan Indonesia secara umum tidak aman bagi warga negara asing, sehingga tidak perlu ditanggapi secara berlebihan oleh aparat keamanan dan masyarakat. [fw/em]