Indonesia sebagai negara berkembang memiliki jumlah penduduk yang relatif banyak dan dihadapkan dengan berbagai permasalahan seperti tingkat kesejahteraan yang rendah, pendidikan yang belum merata, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi serta harga pangan dan kesehatan yang mahal. Semua problematika tersebut disebabkan oleh kondisi ekonomi masyarakat yang belum merata. Dalam kondisi perekonomian seperti ini, semangat kewirausahaan sangat diperlukan untuk menciptakan bisnis baru yang dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Dengan terciptanya lapangan kerja baru maka pengangguran dan kemiskinan berkurang sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kewirausahaan memegang peran penting untuk mengatasi masalah-masalah dalam perekonomian Indonesia.
Menurut kamus oxford, kewirausahaan adalah aktivitas mendirikan sebuah usaha atau bisnis, mengambil risiko keuangan dengan harapan mendapatkan keuntungan. Seorang wirausahawan adalah individu yang menciptakan bisnis baru, menanggung sebagian besar risiko dan menikmati sebagian besar keuntungan dari usahanya. Proses mendirikan bisnis dikenal sebagai kewirausahaan. Seorang wirausahawan umumnya identik dengan inovasi, ide baru, barang, jasa, dan bisnis atau prosedur.
Tidak hanya mendapatkan keuntungan yang tinggi secara materi, menjadi wirausahawan juga memiliki manfaat sebagai berikut:
Pertama, kewirausahaan dapat melatih kemampuan mengambil resiko. Wirausaha adalah Investasi waktu, uang, dan upaya untuk memulai dan membuat usaha apa pun dan mengambil risiko. Lebih detailnya, kemampuan mengambil resiko dan kekuatan untuk memberikan jaminan terhadap keinginan dan ketidakpastian adalah kewirausahaan. Termasuk didalamnya kemampuan untuk menanggung risiko usaha, kemampuan untuk mengatur sumber daya, melakukan diversifikasi produk serta keinginan untuk melakukan inovasi.
Kedua, kewirausahaan meningkatkan kemampuan berorganisasi. Kewirausahaan itu memerlukan inovasi, seni manajemen risiko, serta mensyaratkan kepemimpinan yang dinamis. Pengusaha melakukan berbagai fungsi organisasi dan manajerial, seperti mencari peluang produksi, mengatur bahan baku dan sumber baru mereka. Kepemimpinan dan kemampuan untuk mengembangkan kreativitas adalah inti dari kewirausahaan. Oleh karenanya, seorang wirausahawan tidak hanya menjadi inovator, ia juga harus menjadi pemimpin yang baik dan administrator yang efisien.
Ketiga, kewirausahaan merupakan aktivitas berkelompok. Kewirausahaan bukanlah individualistis, melainkan reaktifitas yang muncul pada level kelompok. Artinya, sebuah usaha melibatkan banyak orang, mulai dari pelaku usaha, karyawan, konsumen, sampai kepada jasa-jasa yang terlibat didalamnya seperti jasa pengiklanan, jasa distribusi produk dst. Apablila sebuah usaha menangkat sebuah value, maka akan terjadi perubahan nilai sosial dan budaya pada tingkat kolektif dan oleh kelompok reaktif.
Keempat, kewirausahaan mengasah keterampilan manajerial. Kemampuan finansial bukanlah keterampilan utama yang dibutuhkan sebagai wirausahawan, keterampilan Manajerial adalah aspek yang lebih penting dalam kewirausahaan. Pengusaha adalah komponen ekonomi yang menghasilkan komoditas bermanfaat secara sosial dengan mengatur dan mengkoordinasikan berbagai sumber daya seperti tanah, tenaga kerja, dan modal dengan cermat.
Kelima, kewirausahaan melatih kemampuan inovatif dan mendorong inovasi. Kewirausahaan mencari jasa ataupun komoditas yang belum tersentuh pengusaha lainnya dan bermanfaat, membuat penemuan baru (inovasi) dan menerapkannya. Sebagai contoh seorang wirausahawan dapat menemukan metode produksi yang membawa revolusi dan meningkatkan kapasitas produksi. Contoh lainnya adalah produksi komoditas baru apa pun, penggunaan metode produksi baru apa pun, pengembangan pasar baru, pencarian sumber baru bahan baku dan produk setengah jadi, pengoperasian cabang baru di industri apa pun; semua kegiatan semacam itu termasuk dalam kewirausahaan.
Keenam, kewirausahaan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan menciptakan produk dan layanan baru, wirausahawan merangsang pembangunan ekonomi. Kebijakan publik yang mendorong dan mendukung tumbuhnya semangat wirausaha seharusnya menjadi prioritas demi pertumbuhan ekonomi. Berikut peranan kewirausahaan bagi perekonomian negara:
Kemandirian Ekonomi – Kewirausahaan dapat menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi baik bagi negara maupun pengusaha. Kewirausahaan mengurangi ketergantungan negara pada barang dan jasa impor dan mempromosikan kemandirian. Barang dan jasa yang diproduksi juga dapat diekspor ke pasar luar negeri, sehingga berdampak pada ekspansi bisnis, kemandirian, aliran masuk mata uang, dan kemandirian ekonomi. Dengan demikian, pengusaha mempunyai kendali penuh atas masa depan keuangan mereka. Melalui kerja keras dan inovasi, wirausahawan menghasilkan pendapatan dan menciptakan kekayaan sehingga mencapai kemandirian ekonomi dan keamanan finansial.
Keuntungan Perusahaan dan Bisnis Baru – Pengusaha mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menawarkan solusi melalui produk dan layanan mereka. Dengan memulai bisnis baru, pengusaha memainkan peran kunci dalam menciptakan suasana berbisnis yang lebih dinamis dan beragam. Kewirausahaan juga mempromosikan inovasi dan persaingan, yang mengarah pada produk dan layanan baru dan lebih baik.
Mendorong Pembentukan Modal – Pembentukan modal atau capital formation adalah proses mengumpulkan sumber daya seperti tabungan dan investasi untuk mendanai usaha maupun bisnis baru. Kewirausahaan dapat mendorong pembentukan modal dengan menarik investasi. Selain itu, penciptaan bisnis baru dan pertumbuhan perusahaan yang ada juga dapat berkontribusi pada pengembangan ekonomi. Percepatan pengembangan ekonomi tersebut pada akhirnya membuka peluang pintu berinvestasi baik bagi investor lokal maupun internasional.
Dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan pendorong penting inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya, dukungan terhadap perkembangan kewirausahaan merupakan bagian penting dari strategi pertumbuhan ekonomi dari banyak pemerintah di seluruh dunia. Pemerintah dapat membantu pengembangan ekosistem kewirausahaan dengan program bantuan bagi pengusaha serta kemudahan melakukan peminjaman modal usaha. Organisasi nonpemerintah seperti asosiasi pengusaha, inkubator bisnis, dan program pendidikan juga dapat membantu menciptakan ekosistem berwirausaha. Silicon Valley California sering dikutip sebagai contoh ekosistem kewirausahaan yang berfungsi dengan baik. Wilayah ini memiliki basis modal ventura yang berkembang dengan baik, banyak talenta terdidik terutama di bidang teknik informatika, dan berbagai program pemerintah maupun non-pemerintah yang mendorong usaha baru dan memberikan informasi dan dukungan kepada pengusaha.
Kewirausahaan Sosial dalam Pengembangan Masyarakat
Kesadaran akan Sustainable development (Pembangunan berkelanjutan), ketidaksetaraan, dan masalah lainnya memunculkan pengusaha yang memperhatikan konsekuensi sosial atas aktivitas ekonomi mereka. Hadirnya kesadaran sosial tersebut telah menyebabkan berbagai upaya untuk menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan untuk menciptakan dunia yang lebih adil.
Kewirausahaan sosial adalah perpaduan dari proses pemikiran yang berfokus pada kombinasi murni mencari keuntungan dan didorong oleh upaya untuk mendorong perubahan sosial. Di satu sisi terdapat upaya pemerintah yang merupakan agen perubahan kolaboratif melalui undang- undang. Di sisi lain, terdapat skenario dimana stakeholders, pelanggan, investor, karyawan, dan masyarakat sudah mulai menunjukkan peningkatan kesadaran akan tanggung jawab sosialnya. Berikut adalah beberapa contoh community development (pengembangan masyarakat) dalam Kewirausahaan Sosial:
Membuka Lapangan Kerja – Ketidaksetaraan adalah salah satu masalah utama saat ini. Sebagian orang tidak memiliki kesempatan untuk makmur sama dengan yang lainnya karena beberapa alasan seperti ketidaksetaraan gender, disabilitas, diskriminasi ras, dll. Untuk mengatasi masalah pada akarnya dan memperjuangkan hak orang-orang yang terpinggirkan maka diperlukan perubahan pola pikir. Kewirausahaan sosial berusaha untuk membuat perubahan jangka panjang, sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan mengatasi masalah di tingkat sosial budaya.
Perubahan sekarang terlihat, kelompok masyarakat yang terpinggirkan sudah mulai mendapatkan keuntungan dari pendekatan baru ini. The Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) mengamati bahwa wirausahawan sosial bertindak sebagai “perantara pengangguran dan pasar tenaga kerja terbuka” melalui integrasi kelompok besar pekerja ke dalam pasar kerja. Kini semakin banyak bisnis mempekerjakan pekerja disabilitas atau memberikan posisi bagi perempuan di tempat kerja yang secara tradisional didominasi laki-laki.
Inklusi Keuangan dan Microfinance – Negara berkembang seringkali memiliki tenaga kerja besar yang berpenghasilan minim atau tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Akses pekerjaan yang menguntungkan sulit karena sejumlah alasan. Pengusaha Sosial mencari cara untuk menjangkau bagian bawah piramida ekonomi dan melihat peningkatan status dan kemakmuran mereka. Pencarian akar masalah serta berbagai upaya mitigasi keterbatasan peluang mengarah pada lahirnya Microfinance. Microfinance berperan penting dalam menciptakan peluang bagi rumah tangga berpendapatan rendah dengan menyediakan akses kredit yang sebelumnya diluar jangkauan pemberi pinjaman konvensional sehingga mengarah pada perkembangan sosial.
Perubahan Ilkim – Perubahan iklim adalah hasil dari eksploitasi berlebihan dan penyalahgunaan sumber daya yang berlangsung selama beberapa dekade. Kewirausahaan sosial berupaya mengatasi masalah ini melalui penggunaan prinsip Sustainable development, kemampuan beradaptasi, inovasi, dan kolaborasi. Pada saat komunitas global berupaya melalui Climate Treaties (Perjanjian Iklim) yang mengikat secara hukum, perubahan pada tingkat dasar dipelopori oleh Wirausaha Sosial.
Ada banyak contoh visioner dan salah satunya adalah Poonsap Suanmuang di Thailand. Pendekatannya patut dicontoh karena mempromosikan praktik tradisional yang membantu alam untuk beregenerasi melalui pelestarian pohon untuk penggunaan masa depan dan menumbuhkan pohon baru. Dia memimpin sekelompok wanita yang dikenal sebagai “Panmai” yang menggunakan pewarna dari daun dan kulit kayu dengan cara yang tidak merusak pohon. Dia bekerja dengan orang pedesaan dan menciptakan peluang kerja, mencegah perusakan hutan, menghilangkan polusi air dan tanah yang disebabkan oleh bahan kimia. Dia juga membantu memasarkan produk mereka untuk menciptakan kesadaran akan tradisi.
Layanan Kesehatan – The World Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa satu miliar orang tidak memiliki akses terhadap layanan kesehatan. Masalah ini terus memburuk karena miliaran orang terancam masuk ke dalam kemiskinan apabila berobat. Negara-negara “dunia ketiga” memiliki populasi besar dengan layanan kesehatan yang terkendala dengan keterbatasan akses, ketersediaan, dan kualitasnya. Meski demikian, pemerintah negara tersebut tidak dapat memberikan solusi karena keterbatasan finansial. Banyak wirausaha sosial semakin meningkatkan upaya investasi pada layanan kesehatan. Perbaikan layanan kesehatan sedang terjadi melalui wirausaha sosial visioner seperti Bill Gates yang melalui Bill Gates & Melinda Gates Foundation telah menyalurkan kekayaan besar mereka pada masalah kesehatan kritis mulai dari HIV Aids di Afrika hingga tuberkulosis di India.
Pada akhirnya keuntungan utama atas kemitraan antara wirausahawan sosial dan bisnis adalah penyatuan sumber daya yang dibutuhkan bersama yang akan mengarah pada pengembangan yang lebih luas bagi wirausahawan sosial. Ini tidak diragukan lagi akan memperkuat kapasitas pengusaha sosial untuk menjadi penghubung antara pemerintah dengan masyarakatnya. Hal ini tentunya akan membantu memajukan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan sehingga community development dapat terwujud. Oleh karenanya, pemerintah perlu bermitra serta memberikan dukungan, baik dalam bentuk pelatihan maupun infrastruktur bagi wirausahawan sosial.
Penulis: Adelina Mariani Simatupang
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Negeri Semarang
Dosen Kewirausahaan Politeknik APP Jakarta