Jelang MotoGP Belum Berdampak Pada Pengrajin Gerabah di Lombok Timur

  • Bagikan
Pengrajin gerabah Sekaligus Pemilik Artsho Yatni Desa Penakak Kecamatan Masbagik Lotim

Suaraindo.id—- Jelang gelaran MotoGP di Pertamina Mandalika International Street Circuit bulan Maret mendatang, para pengrajin gerabah Desa Penaka Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur masih belum merasakan dampaknya.

Sejak dimulai tes pramusim gelaran motogp hingga saat ini, pengrajin gerabah Desa Penakak kesulitan memasarkan produk yang dihasilkan masyarakat setempat.

Bahkan minimnya kunjungan ini sudah dirasakan sejak pulau Lombok di guncang gempa tahun 2018 lalu. Paska gempa, geliat wisatawan mencari hasil kerajinan gerabah mulai meningkat awal tahun 2019.

Namun kembali terperosok di saat Indonesia mengumumkan adanya wabah Covid-19.

Seperti yang dialami pemilik Yatni Artshop Desa Penakak Kecamatan Masbagik, ia mengaku selama pandemi pencarian asesoris perhotelan, homestay dari gerabah turun drastis.

Pada waktu normal sebelum gempa dan sebelum Covid-19, para pengrajin mampu menjual dan mendapatkan Rp500 ribu hingga Rp1 juta per harinya. Sementara Untuk kisaran harga kerjainan gerabah dari tanah liat tersebut, dibadrol mulai dari Rp5 ribu hingga Rp500 ribu per unit.

Memasuki Pandemi Covid-19 sampai sekarang, semua pengrajin dan pemilik artshop mengaku kesulitan memasarkannya. Bahkan beberapa artshop yang sudah berdiri sejak tahun 1990 di Desa Penakak terpakasa tutup, karena merugi akibatnya minimnya wisatawan.

Yanti mengaku, yang menjadi harapan para pengrajin dan pemilik artshop di Desa Penakak adalah gelaran MotoGP bulan Maret mendatang. Diharapkan agar pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan Provinsi Nusa Tenggara Barat, memiliki branding, tidak hanya menjual gelaran MotoGP dan pariwisata, namun juga cinderamata asli lombok.

Diakuinya, para pemilik artshop sudah mulai berbenah menyambut gelaran motogp.”kami sudah berbenah sebagai upaya menyambut gelaran MotoGP,” sambungnya.

Penulis: nanangEditor: redaksi
  • Bagikan