Suaraindo.id – Jelang akhir tahun 2022, sosialisasi penurunan stunting terus dilakukan. Mengingat, angka stunting di Kabupaten Kubu Raya saat ini masih cukup tinggi. BKKBN Kalbar pun berupaya terus mensosialisasikan stunting kepada masyarakat, agar angka stunting bisa menurun. Sosialisasi kali ini dilakukan di Dusun Mega Jaya, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Senin (19/12/2022).
Kegiatan tersebut guna mengingatkan masyarakat terhadap bahaya akan terkenanya stunting serta mencegah terjadinya stunting.
Kepala BKKBN Kalbar melalui Sekban, Abdul Rakhman mengatakan, ini merupakan permasalahan data. Karena ada dua data yang berbeda, yakni Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM).
“Dari SSGI Kabupaten Kubu Raya memang tertinggi untuk cakupan angka stuntingnya, tapi dari E-PPGM itu yang di Kabupaten Kubu Raya yang termasuk angka yang paling rendah. Tapi kita tidak tau, jangan dulu angka tertinggi yang penting apa dulu lah upaya-upaya kita yang sudah kita lakukan sekarang ini,” katanya.
Lanjut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kubu Raya terus melakukan safari, tentang sosialisasi untuk pencegahan stunting. Hal itupun dilakukan guna membuat angka stunting yang tinggi saat ini, kedepannya bisa menurun.
“Memang tidak bisa kalau sudah terpapasan, memang sulit untuk kita intervensi kami dari selalu menyebut dalam upaya jangan sampai ada stunting baru. Makanya BKKBN tugasnya adalah pencegahan pencegahan dan jangan sampai adanya stunting baru,” ucapnya.
Penyebab stunting itu sebenarnya dilakukan audit oleh para pakar serta para ahli gizi, psikolog, dokter anak, dokter gigi dan lainnya. sebagainya itulah yang akan di tindak lanjut di tahun yang akan datang. Penyebab terjadinya stunting saat ini rata-rata di Kalbar adalah faktor makanan dari masyarakat sendiri. Dimana keseimbangan gizi masih belum tercukupi.
“Penyebabnya yang paling utama rata-rata di seluruh Kalimantan Barat ini adalah perilaku masyarakat kita. Begitu juga dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga remaja kita sebelumnya. pernikahan atau perkawinan dilaksanakan otomatis kan harus siap menerima kehamilan, nah ini kadang-kadang kesehatan dari remaja kita yang belum akhirnya apa kurang darah anemia dan lain sebagainya dan akhirnya anak-anak yang beresiko nanti,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, H. Alifudin mengatakan jika ditahun berikutnya, pihaknya bisa melakukan diskusi secara internal yang positif. iapun juga meminta adanya sinkronmentasi antara Pemkab Kubu Raya dengan Desa masing-masing.
“Agar data yang ada itu betul-betul real apa yang sebenarnya insyaallah kami yakin dari cara kerja yang ada, Kabupaten Kubu Raya termasuk nomor satu dari belakang, tapi begitu kami lihat kelapangan terkadang ada data-data yang tidak sinkron,” ucapnya.
Lanjut, untuk di tahun 2023 sesuai dengan anggaran yang disepakati oleh DPR, posyandu akan dijadikan ujung tombak dalam penanganan stunting. Ia pun berharap posyandu jangan dibiarkan mandiri, tetapi harus ada peran Pemerintah.
“Minimal memberikan bantuan timbangan gitu itu diantara program-program dari Kementerian Kesehatan. Sebagaimana di zaman-zaman terdahulu ya istilahnya sesuai dengan lagu “aku anak sehat” mereka tidak lupa ke posyandu,” pungkasnya.