SUARAINDO.ID —– Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak seluruh pihak, termasuk perusahaan swasta, untuk ikut berperan aktif dalam program “Gerakan Orang Tua Asuh Atasi Stunting” (Genting) guna mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTB, Dr. Lalu Makrifuddin, pada pertemuan dengan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Kantor Camat Pringgabaya, Selasa, 18 Maret 2025.
Makrifuddin mengungkapkan, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dalam menanggulangi masalah stunting, yang masih menjadi tantangan besar, terutama di Provinsi NTB.
“Keterlibatan semua pihak, termasuk perusahaan swasta, sangat diharapkan untuk mendukung keluarga berisiko stunting (KRS),” ujarnya.
Saat ini, terdapat sekitar 38.552 keluarga berisiko stunting di NTB, dan sebanyak 1 juta keluarga secara nasional ditargetkan bebas stunting pada 2025.
Program Genting, yang sudah berjalan di NTB, bertujuan agar setiap KRS mendapatkan pendampingan melalui dukungan orang tua asuh.
Hingga saat ini, NTB mencatatkan angka tertinggi orang tua asuh stunting di Indonesia, dengan lebih dari 7.000 KRS yang telah mendapatkan bantuan tersebut. Targetnya adalah seluruh 38.552 KRS di NTB dapat dibantu oleh orang tua asuh.
Menurut Makrifuddin, pendampingan ini tidak memerlukan waktu yang lama, cukup tiga bulan untuk melihat perubahan yang signifikan pada anak-anak dengan masalah stunting.
“Pendampingan ini bisa berlanjut dan memastikan anak-anak stunting terpantau hingga usia 2 tahun,” jelasnya.
H. Ahmat, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Lombok Timur, menegaskan, saat ini fokus pada penanganan stunting, terutama di tingkat desa dan dusun.
“Kami melibatkan berbagai pihak, termasuk tim pendamping keluarga (PPK) di desa, untuk menyelesaikan pendataan dan intervensi di 21 kecamatan, dengan target pendampingan terhadap 11.000 KRS,” katanya.
Dalam upaya menanggulangi stunting, pemerintah daerah juga berencana melibatkan perusahaan-perusahaan lokal, seperti tambak udang di Pringgabaya, dan jaringan ritel modern, untuk mendukung penyediaan pangan bergizi bagi KRS.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta diharapkan dapat mempercepat penurunan prevalensi stunting di daerah tersebut.