Temajuk: Sepotong Surga di Ujung Kalimantan yang Kini Bercahaya 24 Jam

  • Bagikan
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Desa Temajuk, Sambas.SUARAINDO.ID/SK

Suaraindo.id – Dulu hanya dikenal sebagai desa tanpa listrik di ujung Kalimantan Barat, kini Desa Temajuk bersinar. Bukan hanya karena keindahan pantainya yang memesona, tetapi juga karena perjuangan panjang warganya menjemput terang.

Terletak sekitar 370 km dari Pontianak dan 146 km dari pusat Kabupaten Sambas, Temajuk menyandang status desa 3T—Tertinggal, Terdepan, dan Terluar. Namun, jangan salah. Julukan “sepotong surga di ekor Kalimantan” bukan sekadar hiperbola. Pantai Camar Bulan, Teluk Atong Bahari, Dermaga Asam Jawe, hingga hutan hujan tropis Tanjung Datu menjadikannya magnet wisata alami yang kuat.

Kisah pariwisata Temajuk tak lepas dari nama Rasad, akrab disapa Ning Atong. Pada 2009, ketika desa belum tersentuh listrik, ia membangun satu pintu penginapan bermodalkan semangat dan dukungan terbatas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Bersama istrinya, Jasminah, ia menghadapi tantangan besar: melayani tamu dengan genset yang kerap rusak dan biaya operasional yang tinggi.

“Pernah sampai tamu marah karena genset rusak dan air mati. Kami harus buru-buru perbaiki,” kenang Jasminah. Tak hanya penginapan, mereka pun membuka jasa katering untuk menutupi biaya harian dan perawatan genset.

Puncak perjuangan mereka akhirnya terbayar pada peringatan HUT RI ke-78 tahun 2023. PLN resmi mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid berkapasitas 371 kWp, lengkap dengan baterai 708 kWp dan cadangan PLTD 310 kW. Untuk pertama kalinya, Temajuk menikmati listrik 24 jam.

“Dulu kami harus siap genset malam-malam. Sekarang sudah lega,” ujar Jasminah dengan mata berkaca-kaca.

Dengan listrik stabil, operasional penginapan pun meningkat. Pengunjung makin nyaman, penginapan bisa melayani tamu secara penuh. Bahkan, Atong kini memiliki 36 pintu penginapan dan mampu membangun beberapa di antaranya dari modal sendiri.

“Dulu Atong dianggap gila, sekarang malah jadi panutan,” ujar Herlin, Kasi Pelayanan Desa Temajuk.

Saat libur Idul Fitri 2025, semua kamar Atong penuh dari H+3 hingga H+10, dengan tarif Rp250 ribu–Rp650 ribu per malam. Tak hanya Atong, puluhan penginapan warga lain juga kebanjiran tamu. Jalan sempit desa kini kerap macet setiap musim libur—tanda geliat ekonomi mulai bergerak pesat.

Sekitar 80 persen dari 620 KK di Temajuk kini telah menikmati listrik 24 jam. Sisanya, yang tinggal di pelosok, masih menunggu sambungan.

Sejak ditetapkan sebagai Desa Wisata oleh Kemenparekraf pada 2022, Temajuk masuk dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Kepala Disporapar Kalbar, Windy Prihastari, menilai listrik 24 jam menjadi kunci kenyamanan wisatawan.

“Dulu sinyal pun susah. Sekarang, dengan PLTS hybrid, listrik stabil dan pengunjung makin betah,” jelas Windy.

Data Disporapar menunjukkan, Temajuk ikut berkontribusi dalam peningkatan wisatawan Kalbar, dari 2,4 juta kunjungan pada 2021 menjadi 4,7 juta pada 2024.

Tak hanya PLTS, Temajuk juga menyimpan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan bahkan tenaga angin. Penelitian menunjukkan efisiensi energi bisa meningkat hingga 57 persen jika PLTS, PLTMH, dan PLTD digabungkan dalam sistem microgrid.

Namun, hingga kini sistem PLTS di Temajuk masih di-hybrid dengan PLTD. Menurut Direktur Eksekutif Link-AR Borneo, Ahmad Syukri, hal ini menunjukkan kurangnya kemauan politik untuk mengoptimalkan energi bersih secara penuh.

“Kalau PLTS utuh dipakai, Temajuk bisa jadi ikon wisata energi bersih. Itu bisa dijual ke dunia,” tegasnya.

Syukri menekankan pentingnya transisi energi yang adil dan tidak sekadar mengejar citra global.

“Jangan sampai demi energi hijau, lahan masyarakat digusur. Kita bisa mandiri energi, bahkan merakit sendiri panel surya dengan dukungan pemerintah,” tambahnya.

Temajuk adalah contoh nyata bagaimana ketekunan, keberanian warga, dan hadirnya energi bersih bisa mengubah wajah desa 3T menjadi destinasi unggulan. Kini, bukan hanya pantai dan hutan yang menjadi daya tarik, tapi juga cerita tentang keberanian melawan keterbatasan.

Dengan listrik 24 jam, akses jalan yang semakin baik, dan semangat warganya, Temajuk tak lagi hanya menyimpan “sepotong surga”. Ia kini menjadi mercusuar harapan bagi desa-desa perbatasan lainnya di Indonesia.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  • Bagikan