Dorong Pemberitaan HKSR Remaja yang Berpihak pada Gender dan Korban

  • Bagikan

SUARAINDO.ID —— Yayasan Gemilang Sehat Indonesia (YGSI) bersama puluhan Jurnalis di Kabupaten Lombok Timur menggelar diskusi tematik bertajuk “Pendekatan Gender dalam Pemberitaan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) Remaja”, Selasa (18/6), di Aula DP3AKB Kabupaten Lombok Timur.

‎Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas jurnalis dalam menyampaikan isu Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) remaja melalui pendekatan yang berpihak pada korban dan berperspektif gender.

‎Dalam kegiatan tersebut, para jurnalis diajak memahami penerapan Gender Transformative Approach (Pendekatan Transformatif Gender) dalam jurnalisme, khususnya saat meliput program Power to Youth.

‎Koordinator YGSI, Safrudin mengingatkan, pentingnya empati dan sensitivitas saat meliput isu HKSR dan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS).

‎Sqgrudin menekankan agar jurnalis mengutamakan sudut pandang korban, Menghindari pertanyaan dan narasi yang membangkitkan trauma, Memastikan perlindungan identitas korban, Menyajikan narasi positif, inspiratif, dan berbasis analisis

‎“Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk membangun pemahaman jurnalis tentang pentingnya pemberitaan yang tidak bias gender dan tidak menyudutkan korban,” ujar Safrudi.

‎Ditempat yang sama Ketua Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT), Rusliadi mengatakan, kolaborasi YGSI dan DP3AKB dalam kegiatan ini memiliki peran besar dalam membentuk opini publik dan mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu-isu sosial.

‎“Media adalah agen perubahan. Apa yang kita beritakan membentuk cara pikir publik. Jika kita terus menyajikan berita yang menyudutkan korban, maka masyarakat pun akan ikut menyudutkan korban. Begitu juga sebaliknya,” tegas Rusliadi.

‎Rusli mendorong agar perusahaan media meningkatkan kapasitas jurnalis, serta aktif mengadakan pelatihan terkait peliputan isu-isu gender. Menurutnya, jurnalis yang paham kesetaraan dan keadilan gender akan mampu menyajikan narasi yang inklusif dan memberdayakan.

‎“Pelatihan seperti ini penting agar media tak hanya menjadi penonton, tapi turut membentuk budaya baru yang adil dan berperspektif kemanusiaan,” pungkas Rusliadi.

Penulis: nanangEditor: Redaksi
  • Bagikan