Suaraindo.id- Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) menggelar inisiatif edukatif bertajuk Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Padang.
Berlokasi di Bioskop XXI Basko City Mall, acara yang mengusung tema “Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia” ini dirangkai dengan pemutaran film religi “Assalamualaikum Baitullah”, menarik ratusan peserta dari berbagai lapisan masyarakat.
Ketua LSF RI, Naswardi, menyoroti krusialnya budaya menyaring tontonan secara mandiri di tengah masifnya arus informasi digital. Menurutnya, akses terhadap konten hiburan saat ini begitu mudah, bahkan tanpa filter yang jelas bagi anak-anak.
“Kita menghadapi tsunami tontonan. Semua usia kini bisa dengan mudah mengakses film dan konten digital, baik lewat gawai maupun aplikasi,” ujar Naswardi.
Ia menekankan bahwa masyarakat perlu mencermati klasifikasi usia yang tertera pada setiap film sebagai bentuk literasi tontonan yang wajib ditanamkan sejak dini.
“Film memiliki klasifikasi seperti semua umur, 13+, atau 17+. Ini bukan sekadar label, tapi penanda kesesuaian konten dengan psikologis penonton. Sensor mandiri adalah upaya negara hadir lewat kesadaran masyarakat itu sendiri,” jelasnya.
Naswardi mengungkapkan, LSF menyensor sekitar 4.000 film, baik dari dalam maupun luar negeri, setiap tahunnya. Ia juga menambahkan bahwa industri film nasional sedang mengalami pertumbuhan positif, dengan produksi lokal bahkan melampaui jumlah film dari 17 negara lain.
“Jumlah penonton film nasional telah menembus angka 80 juta. Ini bukti perfilman kita sedang berkembang pesat. Melalui gerakan ini, kami ingin membangun ekosistem tontonan sehat dan bermutu,” katanya.
Salah satu pencapaian membanggakan yang disinggung adalah film animasi nasional “Jumbo” yang berhasil meraih lebih dari 10,6 juta penonton di Indonesia dan kini telah diputar di 15 negara.
LSF terus berkomitmen mendukung ekosistem perfilman nasional. Dengan menggandeng seluruh pemangku kepentingan, termasuk pengusaha bioskop dari jaringan XXI, CGV, Cinepolis, serta bioskop independen, LSF mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas film Indonesia.
“Kami ingin film nasional mendapat tempat terbaik di hati penonton dan terus mendorong lahirnya karya-karya yang membanggakan, baik di dalam negeri maupun di pentas dunia,” pungkas Naswardi.
Senada dengan Naswardi, Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat, Jefrinal Arifin, menyampaikan apresiasi atas inisiatif LSF dalam menyosialisasikan budaya sensor mandiri kepada masyarakat.
“Di era digital, anak-anak dan remaja tak lagi menonton hanya lewat televisi, tetapi langsung dari ponsel. Ini membuat mereka terpapar berbagai konten, termasuk yang tidak sesuai usia,” ujar Jefrinal.
Ia menegaskan pentingnya peran orang tua dalam menerapkan sensor mandiri di lingkungan keluarga. Menurutnya, sensor mandiri bukan hanya menjadi benteng, tetapi juga sarana untuk membentuk karakter generasi muda.
Acara edukatif ini ditutup dengan pemutaran film “Assalamualaikum Baitullah”, yang dijadwalkan tayang serentak di 500 bioskop di seluruh Indonesia.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS