Suaraindo.id—Menjadi sebuah lilin yang rela hancur demi menerangi kegelapan itulah arti jurnalis yang rela berkorban demi menyuarakan keadilan dan kebenaran.
Menjadi jurnalistik memang perlu keahlian khusus dan terus belajar, dan banyak membaca agar menambah wawasan seorang jurnalistik dan kalau kebebasan pers itu adalah milik rakyat, untuk itulah karya jurnalis menjadi hak masyarakat mendapatkan informasi sesuai ketentuan UU Pers.
Sedikit penulis akan berbagi pengalaman saat mendapatkan informasi masyarakat.
Sebelumnya, saya hanya seorang pengangguran yang hanya menunggu matahari terbit hingga terbenam yaitu PNS (pagi nunggu sore). Setiap ibu pergi ke pasar dengan belanja peralatan bumbu rumah tangga, disana saya menemukan sepotong koran bekas pembungkus makanan. Saya lihat ada tulisan besar dengan berjudul “Aku Hamil di Tangan Mertua” disanalah saya mulai membaca dengan sedikit bergairah.
Satu persatu dalam bait aku baca akhirnya hilang dari rasa gairah melainkan geram bercampur emosi dengan peristiwa itu. Disana saya pikir yang menulis berita ini sungguh mulia dan luar biasa sehingga saya bisa mengetahui peristiwa kejadian itu, dan akhirnya setiap hari mencari koran bekas.
Dengan kebiasaan membaca buku dan koran bekas, ini merupakan informasi yang dikelola oleh pihak penerbitnya. Lalu, saya mulai menapak melalui Surat Kabar Umum Bukit Kemuning Post sebagai seorang wartawan, sekitar tahun 2014.
Dari proses pembelajaran yang saya peroleh di salah satu surat kabar ini, kecintaan saya terhadap dunia kewartawanan mulai terpupuk. Kembali sekedar menyebutkan beberapa nama yang saya pikir telah membentuk diri saya untuk mendalami seluk-beluk kewartawanan.
Dari sanalah saya merasa sangat bergairah menjalani kehidupan saat bersentuhan dengan beragam informasi yang setiap hari selalu ada yang baru. Bagi saya, profesi wartawan adalah profesi yang sangat dinamis.
Seiring berjalannya waktu, profesi satu ini menjadi satu-satunya pilihan yang saya jalani hingga saat ini dan tercatat sebagai wartawan daerah di Lampung Utara dengan Media Siber Suaraindo.id sebagai perusahaan pers tempat saya bernaung.
Dibawah bimbingan Kundori saya terus mengasah kemampuan menulis serta mengolah informasi yang saya dapatkan untuk disajikan sebagai sebuah berita yang layak untuk dikonsumsi publik. Satu-satunya pedoman yang saya pegang teguh, yakni dengan mempelajari, memahami, serta mengaplikasikan Kode Etik Jurnalistik dalam menunaikan tugas saya sebagai wartawan.
Menjadi sosok seorang jurnalis tidaklah mudah, mau tidak mau suka tidak suka sosok jurnalis suatu saat nanti akan di hadapkan dengan antara asa dan dilema.
Kenapa demikian? Karena peranan seorang sosok yang berprofesi sebagai jurnalis, harus bersedia memberikan informasi yang akurat serta mampu menguak semua kebenaran kepada masyarakat banyak.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS