Suaraindo.id – Pengkang, kuliner khas Kalimantan Barat yang terbuat dari ketan berisi udang ebi dan dimasak dengan cara dibakar, kini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kabar menggembirakan ini menjadi babak baru bagi kuliner tradisional yang telah eksis selama hampir satu abad.
Salah satu penjaga warisan kuliner ini adalah Haerany, pemilik Pondok Pengkang Peniti di Kabupaten Mempawah, yang saat ini sudah memasuki generasi keempat sejak didirikan pada tahun 1934.
“Dulu nenek saya yang mulai. Entah dari mana idenya, tapi bisa menciptakan kuliner ini yang kini dikenal luas. Nama ‘Pengkang’ sendiri itu sebutan dari orang Tionghoa yang menyebut segala sesuatu yang dipanggang dengan ‘pengkang’,” ungkap Haerany saat ditemui di kedainya.
Pengkang dibuat dari ketan yang dimasak dengan santan, lalu diberi isian udang ebi, dibentuk segitiga, dijepit dengan bambu, dan dibakar hingga harum. Meski banyak variasi isian bermunculan, Pondok Pengkang Peniti tetap mempertahankan resep asli dengan ebi sebagai ciri khas.
“Saya tidak mau mengubahnya. Dari dulu pakai ebi, dan itu yang membuatnya beda. Meski sekarang ada yang pakai daging atau lainnya, saya tetap pertahankan yang asli,” jelasnya.
Tak hanya itu, sambal khas sebagai pelengkap juga menjadi daya tarik tersendiri, memperkaya cita rasa pengkang yang gurih dan smoky.
Popularitas pengkang terus meningkat. Haerany menyebut, pesanan kini datang dari berbagai kota besar bahkan luar negeri. Pengkang kerap dipesan dalam bentuk parcel dan dibawa sebagai oleh-oleh.
“Banyak dari Jakarta yang pesan dalam bentuk parcel. Turis dari Malaysia dan Singapura pun sering mampir ke sini,” katanya.
Dalam sehari, pengkang bisa terjual hingga empat karung ketan, dengan satu karung berisi 400–450 porsi. Lonjakan permintaan biasanya terjadi saat Tahun Baru, Imlek, dan sembahyang kubur.
Kepopuleran pengkang juga terasa di ajang nasional. Saat mengikuti pameran di Jakarta, sebanyak 200 porsi pengkang ludes dalam waktu singkat. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa kuliner ini memiliki daya tarik nasional.
“Waktu pameran di Jakarta, pengunjung sangat antusias. Mereka penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang pengkang. Saya jelaskan bahwa ini dari Kalbar, dan mereka senang sekali,” ujar Haerany bangga.
Kini, dengan masuknya pengkang sebagai WBTB, Haerany berharap kuliner ini dapat terus dijaga, diwariskan, dan semakin dikenal sebagai identitas budaya Kalimantan Barat.
“Semoga pengkang terus diminati, dan generasi selanjutnya bisa melestarikannya. Ini bagian dari budaya kita,” tutupnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS