175 Ton Ikan di Waduk Kedungombo Boyolali Mati, Kerugian Rp6,1 Miliar

  • Bagikan
50 Ton ikan keramba mati dan terapung di Danau Maninjau, Agam, Sumbar, (18/3). Matinya ikan keramba milik masyarakat ini karena terjadinya angin kencang yang mengakibatkan menguapnya belerang dan sisa pakan ikan di dasar Danau Maninjau. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi

Suaraindo.id – Meski kematian ikan di keramba perairan Waduk Kedungombo (WKO) Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali tak berlanjut, namun para petani ikan benar- benar terpukul. Bagaimana tidak, total ikan yang mati mencapai 175 ton dengan nilai kerugian bertambah menjadi Rp6,125 miliar.

Jumlah tersebut lebih besar dari nilai yang disampaikan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali sebelumnya sebesar Rp4 miliar. “Dari data para petani ikan keramba, nilai kerugian total mencapai Rp6,125 miliar,” kata Kades Wonoharjo, Kemusu, Sulistiyah, Selasa (3/1/2023).

Dijelaskan, pihaknya juga sudah membuat laporan tertulis ke Pemkab Boyolali. Dia berharap jajaran terkait memberikan perhatian dan bantuan untuk mengurangi beban para pemilik keramba. Pasalnya, ikan yang mati mencapai 75 persen dari seluruh populasi.

“Ikan yang mati mayoritas terdiri dari nila dan mujahir. Sedangkan yang mampu bertahan sebagian besar adalah jenis ikan patin dan lele. Ikan yang mati dikubur agar tidak mencemari perairan WKO dan lingkungan sekitar,” katanya

Adapun pemilik keramba yang mengalami kerugian mencapai 34 orang. Jumlah ikan yang mati bervariasi, tergantung jumlah keramba yang dimiliki. Paling sedikit kerugian dialami Nyamin dengan jumlah ikan yang mati sebanyak 0,4 ton.

“Kematian ikan paling banyak milik Budi S yang mencapai 40 ton. Kemudian Wahyono 20 ton dan Kardiyo HS sebanyak 16 ton,” lanjut Sulistiyah.

Diberitakan sebelumnya, kematian ikan memukul para petani keramba di perairan WKO. Kematian ikan yang terjadi pada Sabtu- Minggu (31/12/2022- 1/1/2023) itu dipicu cuaca ekstrem. Pasalnya, hampir selama seminggu terjadi mendung dan hujan.

Karena kekurangan sinar matahari, suhu air waduk pun menurun drastis. Akibatnya, terjadi upwelling atau pembalikan air dari bawah ke atas. Dampaknya, sisa makanan ikan ikut terbawa naik memicu bertambahnya kadar amoniak.

Sehingga kandungan oksigen dalam air semakin berkurang yang memicu kematian ikan. Fenomena itu diakui Kepala Disnakan Boyolali, Lusia Dyah Suciati rutin terjadi setiap tahun. Hanya saja, kejadian kali ini yang terbesar.

Terkait hal itu, pihaknya senantiasa mengingatkan petani keramba agar waspada saat cuaca ekstrem. Sebisa mungkin, untuk memanen ikan yang sudah mendekati masa panen. Hal ini sekaligus untuk mengurangi populasi ikan dalam keramba.

  • Bagikan