Gelombang Penolakan Arema FC Main di DIY Meluas, Suporter Persiba Surati Polisi

  • Bagikan
Ilustrasi Sepak Bola. (shutterstock.com)

Suaraindo.id – Gelombang penolakan pada klub Liga 1, Arema FC yang hendak berkandang di Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul meluas. Setelah elemen suporter PSIM dan PSS yang angkat bicara, kini giliran pecinta Persiba Bantul yang menyatakan sikap penolakan tersebut.

Curfa Nord Famiglia (CNF), salah satu suporter Persiba sudah melayangkan surat ke Polres Bantul terkait penolakan pada Arema FC. Surat rekomendasi penolakan tersebut telah dikirimkan ke Polres Bantul dengan tandatangan dan nama terang koordinator I CNF, Bagus Rahayu.

Dalam surat, CNF menyatakan dengan tegas penolakan terhadap klub Arema FC yang akan menggunakan SSA untuk homebase pertandingan Liga 1.

CNF juga menyatakan, apabila pertandingan Arema FC tetap dilaksanakan di SSA, mereka tak akan bertanggungjawab apabila terjadi gejolak atau tindakan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan Kabupaten Bantul.

Pada waktu yang bersamaan, suporter Aremania Korwil Jogja yang berdomisili di Yogyakarta juga menyatakan penolakan pada klub yang didukung untuk berkandang di Yogyakarta. Pernyataan tersebut disampaikan melalui akun twitter resmi mereka, Aremania Korwil Jogja (AKJ).

Sebelumnya, Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin menegaskan bahwa Brajamusti dengan tegas menolak kehadiran Arema FC di DIY.

Brajamusti menilai Arema tidak memiliki rasa tepo sliro karena merasa seolah tak terjadi apa-apa dan terus melangkah meski 135 nyawa hilang ketika memberikan dukungan di Kanjuruhan untuk mereka.

“Arema FC tidak punya rasa tepo sliro, di mana hatinya sih. Mosok sampai ya, mau datang dan berkandang di DIY. Kami dengan tegas menolak kehadiran mereka di Jogja. Silahkan pergi ke daerah lain, jangan di Jogja,” tegas Muslich.

Arema FC sendiri mendapat hukuman larangan menggelar pertandingan di Malang dan harus menjauh 250 kilometer ketika melaksanakan laga home tanpa penonton.

Hukuman yang hanya dibarengi denda Rp 250 juta tersebut dirasa banyak pihak sangat ringan dibandingkan dengan kematian 135 korban jiwa di Kanjuruhan.

  • Bagikan