Lebih Mengancam dan Lebih Melek Media, Kelompok Pemberontak di Papua Kini Semakin Berkembang

  • Bagikan
Egianus Kogoya, komandan TPNPB terlihat duduk di atas pesawat yang dipiloti oleh warga negara Selandia Baru Philip Mehrtens di Papua, 14 Februari 2023. (Foto: TPNPB via REUTERS)

Suaraindo.id – Pemimpin Kelompok Kriminal Bersenjata Egianus Kogoya adalah dalang di balik penculikan seorang pilot Selandia Baru di Papua pada bulan ini. Pemberontak yang baru berusia 24 tahun itu berada di garis depan pemberontakan yang semakin berbahaya dan semakin paham media untuk mencapai tujuan memerdekakan Papua.

Kelompok pemberontak separatis menculik pilot Selandia Baru Philip Mehrtens, 37 tahun, setelah dia mendaratkan pesawat kecilnya di Nduga pada 7 Februari.

Duduk di kokpit pesawat, Kogoya, mengenakan jaket denim, kalung tulang, dan kacamata cermin, dengan tangan menutupi senapan. Ia tampak senang berpose saat anak buahnya mendokumentasikan penculikan paling fenomenal hingga saat ini.

Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah melakukan perlawanan beskala kecil selama beberapa dekade untuk meraih kemerdekaan. Namun Kogoya dan kelompoknya, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNBM-OPM), tiba-tiba muncul sebagai kelompok yang sangat berbahaya dan tidak dapat diprediksi.

Separatis mengatakan perjuangan mereka sah karena bekas kekuatan kolonial Belanda menjanjikan wilayah itu bisa merdeka sebelum dianeksasi Indonesia pada 1963.

Namun, lebih dari setengah abad kemudian, pihak separatis masih merongrong wilayah Indonesia.

TPNPB tidak memiliki kohesi dan kepemimpinan dan komando pusat.

Media Sosial

Cahyo Pamungkas, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan kelompok separatis menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan mereka.

“Mereka benar-benar paham media,” kata Anwar dari IPAC, “Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bukan kelompok pemberontak, tetapi memiliki beberapa struktur, setidaknya di tingkat lokal.”

Sambon bersumpah akan lebih banyak melakukan kekerasan kecuali tuntutan separatis dipenuhi. Ia menegaskan TPNPB merencanakan “revolusi total” pada 2025 dengan kehancuran dan pertumpahan darah yang diprediksi akan meluas.

Ada juga pertanyaan tentang tanggung jawab atas kebijakan pemerintah yang mengatakan melakukan “pendekatan yang lebih lembut” padahal pihak militer cenderung mengerahkan lebih banyak pasukan untuk menanggapi sejumlah serangan.

  • Bagikan