Diduga Potong Honor Atlet dan Pelatih, Ketua NPCI Sumsel : Tidak Ada yang Namanya Pemotongan

  • Bagikan
Ketua NPCI Sumsel, Riyan Yohari saat diwawancarai oleh awak media (SuaraIndo.Id/Mira)

SuaraIndo.Id -Terkait isu yang beredar masalah pemotongan honor pelatih dan atlet disabilitas yang dilakukan oleh terduga pihak National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Sumsel.

Menanggapi hal tersebut Riyan Yohari selaku Ketua NPCI Sumsel angkat bicara,
tidak ada yang namanya pemotongan yang dilakukan oleh NPCI Sumsel, tapi itu hanyalah bentuk dari kebersamaan yang memang sudah di amanatkan dalam AD/ART NPCI Sumsel. Riyan Yohari menuturkan kepada awak media di Sekertariat NPCI Sumsel, Rabu (3/5/2023).

“Didalam Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART) memang diamanatkan bahwa setiap atlet atau anggota dari NPCI Sumsel yang mendapatkan reward wajib memberikan sebagian dari pada itu, tapi kami juga tidak pernah memaksa, yang artinya dia membayar alhamdulilah tapi dia tidak membayar pun tidak ada masalah,” terang Riyan Yohari.

Lanjut Riyan Yohari mengatakan, bahwa dirinya juga mantan atlet disabilitas, dan sebelum dirinya menjadi Ketua NPCI Sumsel memang sudah ada kontribusi seperti itu dan memang ada kontribusi tersebut, tapi tidak ada yang namanya potongan, karena uang yang mereka terima langsung masuk kerekening mereka baru secara sukarela mereka transfer ke rekening organisasi.

“Yang namanya honor untuk atlet tidak pernah kita melakukan pemotongan, boleh ditanya kepada atletnya, namun ada yang namanya kontribusi untuk atlet yang berprestasi, sesuai dengan aturan anggaran dasar berapa pun yang mereka dapat, kalau prestasinya di tingkat internasional, 15 persen untuk pusat 10 persen untuk provinsi, kalau prestasinya di tingkat provinsi, 15 persen untuk provinsi 10 untuk Kabupaten Kota, sedangkan untuk honor pelatih ada yang namanya semacam kontribusi, karena yang namanya pelatih di provinsi ini kan sebenarnya tidak bekerja yang bekerja itu pelatih di Kabupaten/Kota,”jelasnya.

“Kami semua yang ada di dalam NPCI ini adalah keluarga besar, dengan kebersamaan kita lakukan berat sama dipikul ringan sama di jinjing, untuk itu anggota NPCI ini ada dua macam yaitu anggota biasa seperti kami penyandang disabilitas dan ada anggota kehormatan yaitu orang yang di pandang mampu untuk membantu, dan siapapun yang membantu kami adalah bagian dari kami dan ketika ada rezeki kami juga sama sama untuk berbagi,” bebernya.

Pemberian kontribusi untuk pelatih itu sudah di sepakati melalui aturan organisasi dan dirapatkan melalui Raker provinsi,”sebelum diberangkatkan juga, saat disinggung adanya pemotongan honor pelatih.

Riyan menuturkan, itu bukan di potong, kita itu kan rame, misalnya pelatih yang di SK kan itu cuma 35 sedangkan seluruhnya ada 80 lebih, maka bonus itu kita kumpulkan dan kita bagi rata, karena disitulah kebersamaanya,” paparnya.

“Untuk kelengkapan atlet pada saat di Papua yang katanya beli sendiri dan nantinya akan di kembalikan, itu tidak pernah, kelengkapan itu ada dua, yaitu kelengkapan kontingen seperti jaket, training segala macam, dan ada kelengkapan pribadi seperti misalnya raket, jika raket yang kita bantukan kurang memadai maka setiap atlet itu beli sendiri,”jelasnya.

Selanjutnya masalah tiga bulan honor pelatih di akhir tahun 2021 yang sampai sekarang tidak di bayarkan Riyan Yohari menjelaskan, bahwa Platda atau Parnas itu sampai bulan 10 dan sudah bubar, setelah itu tidak ada lagi Platda atau Parnas, jadi setelah kontingen itu berangkat ke Papua dengan mendapatkan uang saku,

“Jadi tidak ada lagi yang namanya Honor, jadi yang di bayar itu adalah ketika kita Platda, beda dengan sekarang ada yang namanya uang pembinaan atlet berprestasi, yang dibayarkan dari bulan Januari sampai Maret dan setelah itu ada yang disebut promosi dan degradasi, ketika prestasinya tetap bagus akan tetap di pertahankan tetapi ketika prestasinya menurun maka akan di ganti lagi dengan yang baru,” ujarnya.

“Kita ini adalah organisasi olahraga untuk penyandang disabilitas yang bersifat sosial yang tidak serta merta kita mendapat anggaran dari pemerintah, atau semisal ada multieven yang misalnya atlet kita berangkat, kan tidak semua bisa di Caver oleh APBD, atau misalnya ada lagi team kita yang tidak ter SK, yang kita bayarkan melalui pendapatan kita, kontribusi itulah yang menunjang kegiatan kita untuk membesarkan Kabupaten Kota,” ungkapnya.

Riyan Yohari mengimbau, bahwa pengurus, pelatih maupun atlet semuanya memiliki hak dan kewajiban,

“Saya sebagai ketua NPCI Sumsel memiliki kewajiban untuk bagaimana membesarkan organisasi saya, bagaimana membangun NPCI ini agar berkembang sampai ke tingkat tingkat daerah, saya berpesan kepada semua atlet atlet kami, mari kita besarkan NPC ini dengan aturan yang ada dan kami juga tidak akan keluar dari koridor aturan yang sudah diatur melalui AD/ART,” tutupnya.

Sebagaimana berita sebelumnya, pelatih dan atlet disabiitas di bawah naungan National Paralympic Committee (NPC) Sumatera Selatan merasa terzolimi dan meminta penjelasan terkait pemotongan honor oleh NPC Sumsel.

Kepala Pelatih Atlet Renang, Ravico Candra yang telah bergabung di NPC Sumsel sejak tahun 2018 yang didampingi koordinator pelatih Irawan juga para atlet . Saat dijumpai awak media, Selasa (02/5/2023)

Dimana diketahui NPC merupakan organisasi pembina atlet penyandang disabilitas.

Rafiko mengatakan, bahwa semenjak dirinya bergabung di NPC Sumsel pada tahun 2018 telah terdapat berbagai pemotongan honor baik dirinya sebagai pelatih juga termasuk atlet-atlet disabilitas dan atas pemotongan honor tersebut tidak ada kejelasan dari pihak NPC Sumsel.

“Honor atlet dan pelatih ada simpang siur, dimana pada bulan 10,11,12 tahun 2021 baik pelatih dan atlet tidak menerima honor sama sekali dari NPC dan jawaban NPC akan hal tersebut sampai sekarang informasi nya tidak kami terima,” paparnya.

  • Bagikan