Tragedi Sambas Berdarah 27 Oktober 1945 Pasca Kemerdekaan

  • Bagikan
Januarsih Zullia, Nur Saftrianiza bersama H Rustam Efendi

Oleh: Januarsih Zullia & Nur Saftrianiza

Suaraindo.id-H.Rustam Efendi (76 ), merupakan seorang ahli waris dari H.M Siradj Sood (Datok Kaya) mengatakan Tragedi Sambas Berdarah 27 Oktober 1945 itu telah menginspirasi bagi pejuang kemerdekaan di belahan Indonesia lainnya seperti yang terjadi di petempuran arek-arek Suroboyo pada tanggal 10 November 1945 kejadian yang sama di Surabaya menyebabkan tewasnya pemuda di tiang bendera ketika berupaya merobek Bendera Belanda dan menaikkan bendera merah putih.

Mereka tewas di berondong senjata para serdadu asing yang ingin merebut Indonesia Kembali pasca proklamasi adapun beberapa tokoh pahlawan pejuang kemerdekaan di Kabupaten Sambas ialah yakni H.M Siradj Sood,Alianyang,H. M Nasir,Hefni Imran,Arif Satok,Tabrani Ahmad.

Tragedi Sambas berdarah pada Tanggal 27 Oktober 1945 itu terjadi Pasca diumumkannya Proklamsi kemerdekaan ada upaya tentara AKMIL NICA Belanda yang datang ke dua kali berkuasa di Sambas pasca kekalahan tentara Dainipul jepang pada sekutu para pemuda yang telah berikrar tidak mau di jajah datang kedepan istana Alwazikubillah menurunkan bendera Belanda serta merobeknya dan Kembali menaikan bendera merah putih seketika tentara Belanda datang dan lalu menghujamkan bayonet ke leher salah satu seorang pejuang lainnya Tabrani Ahmad yang merupakan keponakan H.M Siradj Sood hingga tewas tak mau bendera merah putih jatuh ke tanah seketika itu H.M Siradj Sood merebutnya dan menaikkan kembali.

Sebelum peristiwa 27 Oktober itu terjadi pada saat setelah di bacakannya proklamasi oleh presiden Soekarno Berita tentang kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 telah diketahui oleh beberapa rakyat Sambas melalui radio siaran dari serawak namun demikian berita tersebut masih bersifat rahasia dan hanya di ketahui secara sembunyi oleh beberapa rakyat Sambas karna Ketika itu jepang masih menguasai Sambas,sebelum itu berita kemerdekaan Indonesia terlebih dahulu di ketahui oleh beberapa tokoh di Pontianak pada 2 oktober 1945.

Yakmat Dundex dari Pontianak datang ke Singkawang untuk memberitahukan prihal kemerdekaan Indonesia selain itu berita kemerdekaan Indonesia secara Resmi di ketahui oleh rakyat Sambas tatkala pemuda Sambas yang bermukim di kota Pontianak yang Bernama Zainudin Nawawi Ghifni Ismail Kembali ke Sambas mereka memberikan kepastian bahwa Indonesia telah benar-benar merdeka setelah mengetahui kemerdekaan Indonesia tumbuhlah semangat untuk mempertahankan kemerdekaan bagi rakyat Sambas.

Alhasil berdirilah organisasi perjuangan yang di bernama persatuan bangsa Sambas (PERBIS) pada 23 Oktober 1945 bersamaan dengan berdirinya PERBIS datanglah Tentara sekutu yang diboncengi NICA Pergolakan pemuda Mempertahankan kemerdekaan dari tangan penjajah pasca dibacakannya proklamasi kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 terjadi di seluruh tanah air tidak terkecuali di Kalimantan Barat tepat nya di Kabupaten Sambas salah satu kejadian penting bagi Masyarakat Sambas yang di kenang sebagai Sambas berdarah di peringati pada tanggal 27 Oktober 1945 setiap tahunnya.

Salah satu bukti yang masih ada hingga saat ini adalah bangunan Rumah Tua yang telah berusia satu abad merupakan saksi tempat dilahirkannya seorang pejuang kemerdekaan di Sambas yang cukup legendaris yakni H.M Siradj Sood dan rumah yang di jadikan cagar budaya pemerintah Kabupaten Sambas. Lahir lah keluarga pejuang yang gagah berani dalam mempertahankan kemerdekaan dari tangan Belanda.

H.M Siradj Sood merupakan pelaku sejarah dalam perobekan bendera Belanda di depan istiana Alwazikubillah Sambas tepatnya pada Tanggal 27 Oktober 1945 Pasca diumumkannya Proklamsi kemerdekaan ada upaya tentara AKMIL NICA Belanda yang datang ke dua kali berkuasa di Sambas pasca kekalahan tentara Dainipul jepang pada sekutu para pemuda yang telah berikrar tidak mau di jajah datang kedepan istana Alwazikubillah menurunkan bendera Belanda serta merobeknya dan Kembali menaikkan bendera merah putih seketika tentara Belanda datang dan lalu menghujamkan bayonet ke leher salah satu seorang pejuang lainnya Tabrani Ahmad yang merupakan keponakan H.M Siradj Sood hingga tewas tak mau bendera merah putih jatuh ke tanah seketika itu H.M Siradj Sood merebutnya dan menaikan Kembali bendera merah putih.

Rumah tua ini merupakan salah satu peninggalan sejarah di kecamatan Sambas yang lokasi nya terletak di jalan Akhmad Sood Dusun Tumuk Desa Tumuk Manggis Kabupaten Sambas Bangunan tersebut awal mulanya merupakan Rumah Salah satu pejuang Sambas yang Bernama H. M Siradj Sood atau yang lebih di kenal dengan julukan Datok kaye rumah ini telah berusia sekitar 350 tahun pada tahun 2014 tempat bersejarah ini pernah di jadikan sebagai museum Negri Perjuangan Sambas akan tetapi kini rumah tua ini beralih Fungsi yang di Kelola oleh keluarga datok kaye sendiri dan barang-barang peninggalan nya telah di alihkan ke museum Daerah Kabupaten Sambas.

*Penulis adalah Mahasiswa KKL Kelompok 3 Prodi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak

*Sumber: H.Rustam Efendi, ahli waris dari H.M Siradj Sood (Datok Kaya)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  • Bagikan