Suaraindo.id — Fakultas Sains dan Teknik (FST) dan Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana (Undana) melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di SMK Negeri 1, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan yang berlangsung di Ruang Praktek Siswa Agribisnis Perikanan Air Tawar tersebut, dihadiri Kepala SMK Negeri 1 Kupang, Elvis Jimnos Mozes, S.St.Pi, Nurhatijah Pua Geno, S.Pi., Janse Djabi, S.Pi., Linda C. Nalenan, S.Pi., siswa kelas XI yakni Jurusan Perikanan, Jurusan Pengolahan, dan Jurusan Pertanian, serta mahasiswa Prodi Teknik Mesin FST Undana.
Ketua Pelaksana Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Ishak Limbong, M.Eng., Ph.D, mengatakan, program pengabdian kepada masyarakat tahun 2024 ini merupakan kegiatan Undana, yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM) Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Ristek RI.
“Salah satu mitra kami adalah SMK Negeri 1, Kabupaten Kupang. Bagaimana kami mencoba terjun langsung ke masyarakat mengaplikasikan ilmu yang kami miliki pengembangan percepatan perikanan air tawar di masyarakat”, kata Ishak . Limbong, kepada wartawan media ini di SMK Negeri 1, Kabupaten Kupang, Rabu (16/10/2024).
Nama Kegiatan, PKM kali ini nama kegiatan: Penerapan Smartpool Technology dan Pelatihan Peningkatan Produksi Perikanan Air Tawar sebagai Pendukung Ketersediaan Protein untuk mencegah Stunting di Pulau Timor
Menurut Ishak Limbong, tujuan utama dari program ini, membantu pemerintah dalam hal pengurangan stunting di daerah, yakni Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan Timor Tengah Utara. Karena pada dasarnya, kebutuhan protein mengatasi stunting untuk daerah pesisir seperti Kota Kupang, Rote Ndao, Belu tidak menjadi masalah, tetapi ternyata tingkat stunting yang ada di tiga kabupaten ini masih sulit ditekan.
“Kami curiga protein yang didapat itu sangat sulit didapat dari perikanan air laut. Di satu sisi juga perikanan air laut juga sebenarnya ada masa paceklik. Jadi tidak selamanya dalam satu tahun itu, penangkapan air laut bisa dijalankan dengan harga murah, tidak”, kata Ishak.
Oleh sebab itu, lanjut Ishak, perikanan air tawar menjadi penyangga ketika protein itu dibutuhkan. “Jadi kita coba mengembangkan perikanan air tawar. Walaupun kami tahu bahwa tantangan ini besar pengembangan, terutama untuk NTT belum dikembangkan secara masal karena orang lebih banyak mencintai perikanan air laut khususnya Kota Kupang”, terang Ishak Limbong.
Dia menambahkan, hari ini ada dua kegiatan di SMK Negeri 1 Kabupaten Kupang, yakni pertama bagaimana menjaga kualitas air, dan kedua pembuatan pakan ikan.
Menurut Ishak, ada tiga komponen utama dalam menjaga kualitas perikanan air tawar, yaitu pertama tingkat keasaman dari air, kedua tingkat penyerapan oksigen dalam air, dan ketiga, temperator.
“Rupanya, ikan itu tingkat napsu makan tinggi ketika tiga kondisi ini dipenuhi. Jadi ikan senang di tempat kolam itu. Jadi kalau tiga komponen ini tidak bisa dipenuhi agak sulit perkembangan ikan bagus”, jelas Ishak.
Selanjutnya, dia menjelaskan, biasanya ikan air tawar yang tidak memenuhi tiga kualitas ini rata-rata kerdil. “Ikan kerdil itu bukan pakan kurang, tapi memang tidak mau makan, Karena memang lingkungannya tidak suka. Tapi kalau misalnya tiga kondisi ini dipenuhi ternyata ikan itu rakus makan sehingga gemuk”, ujarnya.
Dikatakan Ishak, dalam kegiatan kali ini, Undana memberikan dua alat, yaitu pengukur pH atau pengukur tingkat keasaman atau kebasaan, dan pengukur DO atau Dissolved Oxygen.
“Alat ini memang diciptakan khusus secara real time. Jadi selalu terpantau, tertempel di tembok dan di kolam sehingga akan menjaga kualitas. Jika kolam itu, pH tidak sesuai maka alat itu langsung memberikan peringatan (warning) pada pemilik kolam supaya cepat mengantisipasi”, kata dia menambahkan.
Kepala SMK Negeri 1, Kabupaten Kupang Elvis Jimnos Mozes, menyampaikan terima kasih kepada Undana yang hari ini memberikan materi terkait tahapan budidaya ikan air tawar, dan sekaligus memberikan praktek pembuatan pakan ikan.
“Kendala kami selama ini adalah pakan ikan terapung. Karena pakan ikan terapung ini mahal. Kami bisa membuat pakan ikan, tapi pakan yang selama ini kami buat tenggelam untuk kebutuhan ikan-ikan yang kita budidayakan”, ujar Elvis Mozes.
Menurut Elvis, SMKN 1 Kabupaten, saat ini sementara budidaya ikan lele sebanyak 4.800 ekor. Dan, yang menjadi terkendala besar itu adalah pakan pabrikan karena pembiayaan. “Kalau misalnya kita pakai pakan yang kita bikin sendiri jauh lebih murah, tapi kendalanya adalah pakan itu tenggelam. Sehingga hari ini, Undana berbagi ilmu terkait bagaimana bisa membuat pakan yang terapung”, kata Elvis.