SUARAINDO.ID —- Warga Dusun Senang Desa Batuyang Kecamatan Suralaga, Ka upayen Lombok Timur merasa kecewa atas kondisi bangunan sekolah setempat, yang tidak mendapat respon dari pemerintah Daerah.
Tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah terkait kondisi sekolah yang dianggap sangat tidak layak. Keluhan warha ini telah disampaikan sejak tahun 2018, namun hingga mengalami atap sekolah ambruk, namun tidak mendapatkan perhatian.
Perwakilan masyarakat Munadi mengungkapkan, pihaknya telah berkali-kali mendatangi Dinas Pendidikan, bahkan pernah menerima kunjungan langsung dari perwakilan dinas, namun eluhan tersebut tidak pernah ditindaklanjuti.
”Keluhan disampaikan sejak 2018 disampaikan ke pemerintah, tapi sampai sekarang belum ada perubahan,” kata Munadi selaku ketua Komite SDN 6 Batuyang saat ditemui wartawan, Senin 14 April 2025.
Menurutnya, kondisi sekolah yang rusak dan tidak layak telah memaksa anak-anak belajar di luar ruangan. Masyarakat juga pernah mengusulkan agar anak-anak dipindahkan ke SD 2 Batuyang karena dinilai lebih layak.
Tidak adanya respon dari pemerintah, masyarakat bersama Komite mengancam akan menutup sekolah, karena sangat membahayakan siswa.
Kondisi bangunan sekolah semakin memburuk hingga membahayakan keselamatan siswa dan guru. “Andai saja diizinkan guru, sejak lama sekolah sudah kami tutup,” pungkasnya.
Wacana masyarakat untuk menutup sekolah demi keselamatan anak-anak. Bahkan beberapa tokoh sempat mengusulkan agar masyarakat mendatangi dinas pendidikan dengan menggunaakan truk sebagai bentuk protes.
Namun, pihak kepala sekolah menolak penutupan dengan alasan masih ingin mencari solusi terbaik.
“Sebenarnya sejak 2019 dan 2020, masyarakat sudah ingin menutup sekolah karena kondisinya yang membahayakan. Tapi kepala sekolah masih berusaha mempertahankan,” ujarnya.
Masyarakat berharap supaya pemerintah mengambil tindakan nyata, agar gedung sekolah dibangun karena atap sekolah ambruk.
Munadi menegaskan, keselamatan dan masa depan anak-anak tidak boleh dikorbankan karena kelalaian pihak berwenang.