‎UKM Tahu Tempe Terdampak Kenaikan Harga Kedelai, Harapkan Bantuan Pemerintah

  • Bagikan

SUARAINDO.ID —– Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pengrajin tahu dan tempe di wilayah Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, mengeluhkan lonjakan harga kedelai impor yang berdampak langsung pada biaya produksi mereka.

‎Saat ini, harga kedelai impor tembus Rp1,2 juta per kuintal, jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya sekitar Rp800 ribu per kuintal.

‎“Saya dari UKM ini sangat-sangat berharap kepada pemerintah, baik daerah maupun pusat, untuk membantu kami. Sekarang harga kedelai sudah tinggi, dan kami kesulitan,” ujar salah satu pelaku UKM Desa Tebaban Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, Sunardi, Selasa 6 Mei 2025.

Sunardi mengaku, saat ini sudah mempekerjakan delapan orang karyawan sejak satu tahun terakhir.

‎Pelaku UKM mengaku lebih memilih kedelai impor karena bijinya lebih besar dan memiliki persentase hasil olahan yang lebih banyak dibanding kedelai lokal.

Meski demikian, harga jual tahu dan tempe tidak bisa dinaikkan karena daya beli masyarakat yang rendah.

‎“Harga tempe tetap Rp2.000 per potong. Kalau dinaikkan, pembeli tidak mau beli,” katanya.

‎Dalam sehari, produksi tempe mencapai lebih dari satu kuintal.

Produk tersebut dipasarkan ke beberapa wilayah di sekitar Lombok Timur.

Namun, keuntungan yang diperoleh semakin menipis akibat tingginya harga bahan baku.

‎Mereka pun berharap adanya keterlibatan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan kedelai sebagai bahan baku utama.

Selain itu, pelaku UKM ini juga meminta agar dimasukkan dalam program ketahanan pangan nasional agar bisa terus membuka lapangan kerja di lingkungan sekitar.

‎“Kami sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah, dalam bentuk apa pun, agar kami bisa terus bertahan dan berkembang,” pungkas Sunardi saat ditemui wartawan.

Penulis: nanangEditor: Redaksi
  • Bagikan