Suaraindo.id – Nelayan di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengeluhkan sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang menjadi kebutuhan utama untuk melaut. Kondisi ini membuat biaya operasional meningkat dan pendapatan nelayan semakin tertekan.
Keluhan ini disampaikan para nelayan saat ditemui di Dermaga Kecamatan Sungai Kakap, beberapa waktu lalu. Yanto, salah seorang nelayan setempat, mengungkapkan bahwa kelangkaan solar sudah dirasakan sejak beberapa waktu terakhir.
“Sekarang ini yang sulit itu mendapatkan BBM-nya, bang. Bahkan kalau pun ada, harganya cukup tinggi, sampai Rp11 ribu per liter,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Yanto menjelaskan, satu kapal yang beroperasi selama satu trip—sekitar 10 hari melaut—membutuhkan sedikitnya 8 ton atau 8.000 liter solar. Dengan pasokan yang sulit dan harga yang mahal, nelayan terpaksa memangkas durasi melaut dan biaya operasional.
“Setiap satu trip itu kita butuh minimal 8 ton solar. Kalau sulit dapatnya, terpaksa kita mengurangi waktu di laut. Akibatnya, hasil tangkapan dan pendapatan pun berkurang,” tambahnya.
Menurut Yanto, harga solar subsidi seharusnya berada di kisaran Rp6.800 per liter. Namun, karena pasokan terbatas, harga di lapangan melonjak hingga Rp11 ribu per liter. Ia berharap pemerintah memberikan kemudahan bagi nelayan untuk mendapatkan solar dengan harga normal.
“Tolonglah dibantu nelayan ini. Kalau harga solar tinggi dan susah didapat, pendapatan kami makin menurun. Kami berharap pemerintah mempermudah ketersediaan solar,” harapnya.
Selain persoalan BBM, faktor cuaca juga menjadi tantangan tersendiri bagi nelayan. Cuaca buruk kerap memengaruhi hasil tangkapan, sehingga pendapatan semakin tidak menentu.
“Bukan cuma BBM, cuaca juga berpengaruh pada pendapatan hasil laut,” pungkasnya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS