Suaraindo.id – Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kalimantan Barat, Manto Saidi, membeberkan strategi pemerintah dalam menjaga keharmonisan di tengah masyarakat yang majemuk. Menurutnya, sinergi antara kerja senyap aparat intelijen dan kerja terbuka Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menjadi kunci utama dalam mencegah konflik berlatar belakang suku maupun agama.
Hal itu disampaikannya dalam acara “Bincang Kerukunan dan Refleksi Kemerdekaan untuk Indonesia Maju, Harmonis, Bersatu” yang digelar FKUB Provinsi Kalbar, Sabtu (16/8/2025) di aula Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalbar. Kegiatan ini menjadi wadah refleksi kemerdekaan sekaligus peneguhan komitmen untuk terus merawat kerukunan di Bumi Khatulistiwa.
Dalam paparannya bertema “Kebijakan Strategis Pemerintah untuk Harmoni Bangsa”, Manto menjelaskan bahwa Kesbangpol memiliki dua sisi program dalam menjaga harmoni.
“Satu sisi, kami bekerja sama dan berkolaborasi secara terbuka dengan FKUB melalui berbagai kegiatan seperti dialog, refleksi, dan seminar,” ujarnya.
Ia menegaskan peran besar FKUB dalam mendukung program kerukunan umat beragama, sembari berkomitmen untuk terus mendorong adanya dukungan finansial dari pemerintah meski diakuinya belum sepenuhnya maksimal.
Manto juga menyoroti capaian positif Kalimantan Barat dalam menjaga kerukunan selama satu dekade terakhir. Ia mencontohkan kehidupan masyarakat di Temajuk dan Palok yang saling membantu ketika perayaan hari besar keagamaan tanpa memandang perbedaan, serta Singkawang yang dinobatkan sebagai kota paling toleran di Indonesia.
“Selama masih ada pejuang hubungan horizontal antar sesama manusia, kerukunan di Kalimantan Barat akan terjaga,” tegasnya.
Tak hanya berbicara soal kerukunan, Manto turut menyinggung kondisi ekonomi nasional dan kebijakan pemerintah pusat terkait pajak. Ia mengkritik kenaikan pajak yang menurutnya tidak rasional dan semakin membebani masyarakat di tengah kondisi ekonomi sulit.
“Masyarakat merasa pemerintah hanya ‘memalak’ rakyatnya. Seharusnya pendapatan negara bisa dominan dari sumber daya alam, bukan 85 persen dari rakyat seperti sekarang,” kritiknya. Ia juga menyoroti banyak kepala daerah yang terpaksa menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) karena transfer dana dari pusat yang berkurang.
Di akhir paparannya, Manto berpesan kepada para pendidik dan penyuluh agar lebih aktif menjaga kesehatan mental generasi muda. Ia menyebut generasi saat ini sebagai “generasi stroberi” yang rentan rapuh, sehingga perlu diarahkan untuk lebih banyak bersosialisasi dan berorganisasi.
“Generasi muda harus ditempa dengan interaksi sosial dan organisasi, supaya mental mereka kuat menghadapi tantangan zaman,” pungkasnya.