Aktivitas Terhenti karena Listrik dan Air, Ekspedisi Patriot UI Siap Evaluasi Kawasan Transmigrasi di Ketungau Hulu Sintang

  • Bagikan
Kawasan daerah transmigrasi, desa Nanga Bayan kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. SUARAINDO.ID/ist

Suaraindo.id – Bayangkan jika listrik dan air mati sejak pagi hingga malam hari. Kondisi inilah yang masih dirasakan masyarakat di kawasan transmigrasi Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, meski Indonesia telah merdeka selama 80 tahun.

Fakta tersebut terungkap dalam kegiatan Ekspedisi Patriot Universitas Indonesia (UI) dengan lokus Kabupaten Sintang. Tim ini diketuai oleh apt. Tri Wahyuni, Ph.D (Fakultas Farmasi UI) dengan anggota di antaranya Maharani Arfila, S.Hum, Zakiya Rozqi Auliya’, S.Si, serta mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Bayu Aji dan Murni Kartika Pakhsi Jalada. Ekspedisi ini dikurasi oleh Direktorat Pengabdian dan Inovasi UI serta berkolaborasi dengan UGM, ITB, Undip, Unpad, dan ITS.

Selama empat bulan, tim merancang konsep pemetaan berbasis riset untuk menyusun rekomendasi evaluasi kawasan transmigrasi. Hasil akhirnya diharapkan memberi dampak nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di perbatasan.

Menurut Tri Wahyuni, keterlibatan akademisi dalam ekspedisi ini merupakan bentuk nyata implementasi Tridharma Perguruan Tinggi.

“Ekspedisi Patriot adalah langkah konkret akademisi dan peneliti dalam pendidikan, penelitian, sekaligus pengabdian masyarakat. Dengan turun langsung, kita bisa mendapatkan data valid yang bisa menjadi dasar rekomendasi pembangunan,” ujarnya.

Isu vital seperti listrik dan air bersih menjadi sorotan utama tim. Berdasarkan riset lapangan, warga di desa-desa Ketungau Hulu, baik kawasan transmigrasi maupun non-transmigrasi, menghadapi kesulitan serupa. Di Desa Senaning misalnya, listrik dan air sering padam, sementara di Desa Nanga Bayan bahkan sama sekali tidak tersedia akses listrik maupun air bersih.

Ketungau Hulu yang berbatasan langsung dengan Malaysia menunjukkan ketimpangan signifikan. Warga kerap membandingkan kualitas hidup dengan negeri tetangga, sementara aktivitas harian mereka terganggu akibat keterbatasan fasilitas dasar.

Kehadiran tim ekspedisi ini mendapat sambutan hangat dari Bupati Sintang dan Camat Ketungau Hulu. Selama di lapangan, tim juga didampingi Sekretaris Kecamatan Sanudin, S.Sos serta sejumlah kepala desa dari Riam Sejawak, Nanga Bayan, Sebetung Paluk, Jasa, Idai, Sungai Kelik, Sebuluh, Rasau, Engkeruh, Sungai Pisau, Sungai Bugau, hingga Sekaih.

Melalui wawancara mendalam, tim menggali informasi dari masyarakat mengenai aspek fisik, sosial, ekonomi, kelembagaan, hingga ekologi. Data tersebut akan menjadi bahan evaluasi yang dilaporkan kepada pemerintah pusat untuk perbaikan kawasan transmigrasi di masa mendatang.

  • Bagikan