Suaraindo.id – Pemerintah Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, memperkuat upaya pengendalian tuberkulosis (TBC) dengan fokus pada deteksi dini, penemuan kasus, pengobatan tuntas, serta penerapan terapi pencegahan TBC (TPT) bagi kontak erat pasien positif.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bengkayang, Arya Purba, menyebut ada empat indikator utama dalam pengendalian TBC, yakni deteksi terhadap masyarakat terduga TBC, menemukan kasus positif, memastikan pasien positif menjalani pengobatan, serta memastikan pasien benar-benar sembuh.
“Selain empat indikator tersebut, saat ini juga ada program terbaru yaitu terapi pencegahan TBC atau TPT bagi mereka yang memiliki kontak erat dengan pasien positif,” ujarnya di Bengkayang, Jumat (3/10/2025).
Secara nasional, angka insiden TBC masih tinggi, yakni 368 kasus per 100 ribu penduduk. Namun, kondisi Bengkayang tercatat lebih rendah dengan angka insiden 189 per 100 ribu penduduk. Tingkat kesembuhan pasien di Bengkayang juga cukup baik, mencapai di atas 90 persen.
Arya menjelaskan, penemuan kasus dilakukan melalui investigasi kontak, di mana setiap satu pasien positif, minimal 10 orang di lingkungannya harus diperiksa. Strategi ini mirip dengan penelusuran kontak erat pada kasus COVID-19.
Meski begitu, tantangan masih dihadapi, terutama resistensi masyarakat untuk diperiksa, serta kecenderungan pasien berhenti berobat sebelum waktunya.
“Pengobatan TBC sensitif obat membutuhkan enam bulan, sementara TBC resisten obat (RO) bisa mencapai satu tahun. Banyak pasien yang merasa sudah sehat dalam dua bulan pertama, lalu berhenti berobat. Inilah yang membuat risiko putus obat tinggi,” katanya.
Untuk mengantisipasi hal itu, Dinas Kesehatan mengintensifkan peran Pengawas Minum Obat (PMO) guna memastikan pasien disiplin mengonsumsi obat hingga tuntas. Selain itu, program TPT diberikan kepada kontak erat pasien positif yang belum terinfeksi, dengan obat pencegahan selama enam bulan.
“Strategi ini penting untuk memperkecil risiko penularan di lingkungan keluarga,” tegas Arya.
Dinkes Bengkayang juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang pencegahan. Pasien positif dianjurkan menggunakan masker saat batuk, memisahkan peralatan makan, serta menjaga kebersihan lingkungan.
“Penularan TBC terjadi melalui droplet. Karena itu, etika batuk dan perilaku hidup bersih sangat penting untuk memutus mata rantai penyebaran,” tambahnya.
Pemerintah daerah berkomitmen mendukung target nasional eliminasi TBC dengan memperkuat layanan kesehatan, memperluas cakupan deteksi dini, serta memastikan pengobatan dan pencegahan berjalan optimal di masyarakat.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS