Riset Obat Covid-19, Epidemiolog Unpad Terkejut Uji Klinis Berjalan Cepat

  • Bagikan
Seorang calon relawan penerima vaksin Covid-19 mendaftar di Klinik Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis, 30 Juli 2020. Klinik ini beserta lima fasilitas kesehatan umum lainnya akan jadi tempat pelaksanaan uji klinis vaksin Covid-19 di bulan Agustus 2020. TEMPO/Prima Mulia

Suaraindo.id- Pakar epidemiologi klinis dari Universitas Padjadjaran, Bony Wiem Lestari, angkat bicara ihwal proses penelitian kombinasi obat Covid-19 yang dilakukan Universitas Airlangga, TNI, dan BIN. Ia juga memahami kritik dan keraguan yang belakang muncul dari epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono.

“It’s too good to be true. Kalau dia sudah publish dan bilang sudah ketemu obatnya. Mungkin itu yang dikomentari Pak Pandu,” kata Bony saat dihubungi Tempo, Kamis, 20 Agustus 2020.

Bony mengatakan tahapan pengembangan hingga mendapat pengakuan obat relatif panjang. Ia mencontohkan saat ini sedang meneliti tentang uji coba regiment untuk obat tuberkulosis. “Kita kerjakan seperti itu (dengan prosedur yang umum digunakan) dan belum selesai. Penelitian kita dua tahun,” kata dia.

Bony pun terkejut dengan klaim penemuan kombinasi obat Covid-19. “Saya cukup surprise karena kok bisa di uji fase 3 sudah selesai. Sementara yang namanya fase uji klinis untuk menentukan obat itu panjang perjalanannya,” tutur dia.

Sejumlah tahapan yang wajib dilalui, misalnya diawali dengan fase pengembangan. Dilanjutkan dengan uji klinis fase 1 dengan mengujinya pada hewan untuk melihat efeknya. Disusul fase 2 untuk menilai keamanan obat tersebut, serta meneliti bagaimana obat tersebut bekerja dalam tubuh.

Lalu fase 3 dengan pengujian pada sejumlah pasien. “Fase 3 kita coba ke spektrum pasien yang memang memenuhi syarat. Tapi biasanya lebih kecil sampelnya. Baru nanti ada fase 4 di mana kita butuh sampel yang lebih banyak,” kata Bony.

Bony mengatakan uji klinis ini yang memakan waktu lama. “Sebetulnya uji klinis itu bisa cepat, betul, tapi biasanya kalau ujinya cepat itu multi center. Jadi tempatnya banyak dan dilakukan dengan jumlah sampel yang juga besar,” kata dia.

Menurut Bony, uji klinis untuk calon obat juga harus melewati sejumlah prosedur administrasi. Diantaranya mendaftarkan di National Institutes of Health (NIH). “Di situ kita harus register protokol kita. Ada standar yang namanya comfort kalau di epidemiologis. Comfort itu adalah bagaimana kita melaporkan hasil clinical of trial dan itu banyak sekali itemnya,” ujar dia.

Bony menyoroti klaim obat Covid-19 dan khawatir akan efeknya pada masyarakat. “Jadi bahayanya kalau ini dinyatakan sebagai obat dan sebagainya masyarakat belum tentu paham. Nanti dipergunakannya tidak sesuai, tidak rasional,” kata dia.

  • Bagikan