Suaraindo.id – Guna merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 Hijriah. Sejumlah mahasiswa IAIN Pontianak mengikuti kegiatan kuliah umum moderasi beragama.
Direktur Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi yang turut hadir membenarkan jika dilingkungan kampus ada dua fakor pendorong akselerasi terciptanya atau terbentuknya paham-paham radikal.
“Dosen yang membawa dari luar untuk diajarkan ke muridnya, ini juga seringkali terjadi,” tuturnya, kamis (27/10/2022).
Islah Bahrawi menjelaskan, jika paham yang dibawa dari luar oleh dosen dan di berikan kepada mahasiswa. Kebanyakan militansi, mahasiswa lebih dari dosen. Hal tersebut yang telah banyak ia temukan di lapangan.
“Ini ada sejumlah mahasiswa seperti F-MIPA dan Eksakta yang memang kalau dilihat secara indeks lebih mudah terpapar karna mereka tidak terbiasa mencari solusi penyeimbang,” tuturnya.
Dirinya menyebut memang rata-rata Mahasiswa yang terpapar paham radikalisme adalah orang yang pintar orang yang mempelajari ilmu pasti F-MIPA dan Eksakta.
“Jika teroris tidak ada agama, jika densus 88 menangkap teroris itu bukan karna menangkap. Karna oknum tersebut muslim, namun teroris tersebut menunggangi islam untuk melegalkan aksi teror dan kekerasanya, maka saya sering berbicara, yang berjihad adalah seperti densus 88 itu, mereka menyelamatkan agama dari stigma terorisme,” jelasnya.
Cak Islah mengatakan jika organisasi teroris memiliki tahapan-tahapan yang disebut marhalah. Yang memiliki konsep protokolel sehingga dapat menyusup ke semua lingkungan. Ketika oknum tersebut merencanakan aksi teror tersebutlah densus 88 menangkap mereka.
“Kalau menunggu setelah melaksanakan korban berjatuhan baru ditangkap percuma,” jelasnya.
Islah Bahrawi melihat akhir-akhir ini aksi mandiri. Mereka yang melakukan aksi mandiri ini orang-orang yang terpapar melalui media sosial.
“Jika hal tersebut terjadi, penangkal utama adalah keluarga. Keluarga harus mengawasi anak-anaknya. Metode seperti ini banyak di negara lain dan Indonesia baru mulai bermunculan. Sehingga keluarga jangan lengah,” ujarnya.
Islah melanjutkan jika paham-paham tersebut dapat diantisipasi dengan moderasi beragama. Pihaknya ingin memberikan pemahaman pada masyarakat dengan beragama dapat dijauhkan dari kekerasan caci maki dan permusuhan.
Ditempat yang sama Rektor IAIN Pontianak Dr Syarif menyambut baik adanya kuliah umum moderasi beragama ini. Terlebih dibarengi dengan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1444 Hijriah dirinya menyebut jika fungsi kerasulan jarang disuarakan.
“Sangat penting, karena IAIN itu ada 12.000 mahasiswa saya tidak bisa menjamin tidak terjadi infiltrasi, dogmatis, berkaitan dengan paham radikalisme yang memanfaatkan teks suci menjadi legalitasnya untuk menguatkan ikhtiar mereka,” ucap Rektor IAIN.
Dr Syarif berpesan agar mahasiswa dapat berpegang teguh pada NKRI, dan pihaknya pun mewajibkan wawasan kebangsaan bagi 4 Ormawa di IAIN dan diikuti seluruh mahasiswa IAIN.