Suaraindo.id – Dinas Kesehatan Sanggau Hadi melaunching aplikasi posyandu tangan SIPOYA TONE (Sistem informasi posyandu tangan online) dalam rangka penurunan stunting Kabupaten Sanggau di di Aula Hotel Harvey Sanggau, Senin (29/05/2023).
Launching tersebut dilakukan Bupati Sanggau Paolus Kalbar dan turut hadir Forkopimda Sanggau, Sekda Sanggau, Kukuh Triyatmaka, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Ginting dan sejumlah Kepala OPD Sanggau, Kepala Puskesmas se-kabupaten Sanggau, tim percepatan penurunan stunting (TPPS), dan undangan lainnya.
“Aplikasi ini penting karena berkaitan dengan data dan kerja. Bagaimana mendata dengan benar sampai ke tingkat Posyandu langsung berdasarkan by name by address dalam rangka penurunan stunting di Kabupaten Sanggau,”ujar Paolus Hadi usai melaunching Aplikasi SIPOYA TONE.
Aplikasi ini katanya akan terintegrasi dengan data-data lainnya sehingga tidak ada lagi data yang double agar bisa mengetahui apakah anak tersebut stunting atau tidak dan mengapa bisa stunting.
“Maka pentingnya sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE), dan targetnya nanti bisa menganalisa apa sih yang menyebabkan stunting di Kabupaten Sanggau ini dengan data pengukuran yang benar dan ada juga kepastian perilaku-perilaku yang dibuat maka dari itulah dibuat perlakuan dengan data yang valid,”harapnya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau, Ginting menyampaikan dalam rangka penurunan angka stunting di Kabupaten Sanggau maka pada hari ini dilaunching plikasi untuk memperbaiki data dan pelayanan.
“Selama ini kita belum mempunyai data by name dan by address. Baik untuk ibu hamil maupun balita, melalui SIPOYA TONE ini nanti kita akan input 100 persen data. Baik itu data ibu hamil maupun balita. Sehingga nantinya tak lagi menggunakan sampel tapi total populasi,”ujar Ginting.
“Dalam memperbaiki pelayanan dengan melalui aplikasi ini tentunya mempunyai pelayan geospasial dan notifikasi digital. Geospasial artinya kita bisa mendapatkan di mana posisi-posisi bayi tersebut, terutama yang stunting. Kemudian notifikasi digital ini adalah sarana komunikasi antara sasaran dengan pemegang program dan stakeholder,”sambungnya.
Ditambahkan Ginting untuk admint dari aplikasi ini berjenjang mulai dari kader Puskesmas sampai ke Bidan desa, kepala Puskesmas, kepala bidang di Dinkes sampai ke Kepala Dinas.
“Untuk aksesnya masing-masing berdasarkan kewenangan dan geografis. Jadi akses masing-masing admin itu berbeda. Contohnya kalau Puskesmas bearti kewenangannya wilayah puskesmas nya, kalau kepala bidang semuanya di Kabupaten. Begitu juga kita nanti berikan akses untuk OPD lain atau stakeholder lain untuk memasukan intervensi apa yang sudah dilakukan untuk lokus secara geospasial,”tuturnya.
Jadi selain sinergis dengan instansi atau dinas lainnya, juga terintegrasi dengan aplikasi yang lain seperti aplikasi EPPGBM, Sidompu, aplikasi EHDW.
“Jadi terintegrasi, yang pada akhirnya sebetulnya sasarannya adalah dalam rangka untuk monitoring dan evaluasi terkait dengan stunting,”katanya.
Terkait tantangan dalam penerapan aplikasi ini lanjut Ginting, adalah tidak semua wilayah itu mempunyai jaringan internet, tapi sudah disiasati. Aplikasi ini efektif digunakan baik ditempat yang ada sinyal internet maupun tidak ada.
“Jadi ada versi online dan offline, nanti dia ter upload pada saat ada sinyal. Itu tantangan yang pertama, yang kedua adalah sarana pendukung untuk tenaga bidan, karena nanti yang paling banyak menginput data adalah para bidan.
Jadi rencananya kita dukung, dengan pilot projek pemberian tablet untuk pendukungnya. Untuk tantangan lainnya adalah untuk selalu kerjasamanya lintas sektor,”tutupnya.