Suaraindo.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memasuki tahap akhir pembangunan teleskop raksasa dengan diameter cermin mencapai 3,8 meter di Observatorium Nasional Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Teleskop ini diharapkan menjadi alat penting untuk mengamati satelit serta menangani masalah sampah antariksa, yang semakin menjadi perhatian global.
Koordinator Observatorium Nasional Timau BRIN, Abdul Rachman, menekankan pentingnya pengamatan terhadap satelit, terutama dalam konteks isu sampah antariksa. “Isu sampah antariksa sangat krusial karena serpihan ini tidak bisa dikendalikan. Jika tidak diatasi, sampah antariksa berpotensi menabrak satelit aktif dan menyebabkan kerusakan fatal,” jelas Abdul, sebagaimana dilansir dari ANTARA, Senin (14/10/2024).
Selama ini, BRIN telah melakukan pengamatan satelit menggunakan teleskop berukuran kecil, dengan diameter cermin terbesar hanya 50 sentimeter. Namun, pembangunan teleskop baru ini diharapkan membawa kemampuan pengamatan yang jauh lebih maju, mengingat satelit dan sampah antariksa merupakan objek bergerak cepat di langit, jauh lebih cepat dibandingkan bintang.
Abdul mengungkapkan bahwa pengamatan satelit dengan teleskop diperlukan untuk menangani situasi darurat, seperti ketika satelit mengalami gangguan komunikasi dengan stasiun pengendali di bumi. Selain itu, teleskop juga akan membantu memperbaiki orbit satelit melalui teknik astrometri serta mengukur kecerlangan dan karakteristik satelit menggunakan teknik fotometri.
Menurut Abdul, teleskop baru ini akan dilengkapi dengan “slewing rate” yang tinggi, kemampuan teleskop untuk bergerak cepat mengikuti pergerakan satelit atau sampah antariksa di langit. Hal ini sangat penting mengingat kecepatan gerak satelit jauh lebih tinggi dibandingkan objek-objek astronomi lainnya.
“Teknik pengamatan astrometri digunakan untuk memperbaiki orbit satelit, sementara fotometri akan membantu menentukan kecerlangan dan karakteristik satelit, seperti arah sumbu rotasi dan laju putarannya,” ujar Abdul. Pengamatan ini juga penting untuk mengidentifikasi satelit yang sudah tidak berfungsi dan berpotensi menjadi sampah antariksa.
Sejak 2022, periset di Pusat Riset Antariksa BRIN telah memanfaatkan teleskop untuk mengamati satelit dan sampah antariksa. Melalui teleskop baru ini, BRIN berharap dapat semakin berkontribusi dalam mitigasi dampak sampah antariksa, yang setiap tahun menjadi agenda penting dalam pertemuan internasional di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dengan rampungnya pembangunan teleskop raksasa ini, Observatorium Nasional Timau diharapkan menjadi pusat unggulan dalam riset dan mitigasi terkait satelit dan sampah antariksa, menjadikan Indonesia pemain kunci dalam upaya menjaga keamanan orbit bumi dari ancaman sampah antariksa.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS