Bibit Siklon Tropis 97P Terpantau di Laut Arafura, Berpotensi Berkembang di Teluk Carpentaria

  • Bagikan
Foto ilustrasi bibit siklon tropis. SUARAINDO.ID/SK

Suaraindo.id – Bibit siklon tropis yang diberi kode 97P (Tropical Low 30U) kini terpantau berada di perairan Laut Arafura, dan berpotensi mengalami perkembangan lebih lanjut dalam beberapa hari ke depan.

Berdasarkan pernyataan resmi dari Biro Meteorologi Australia (BoM), sistem tekanan rendah ini kemungkinan besar akan terus berkembang, baik di wilayah Laut Arafura bagian timur maupun di Teluk Carpentaria, Australia, apabila tetap berada di atas perairan hangat.“Jika sistem ini tetap berada di atas air, ada pel

uang kuat untuk berkembang lebih lanjut,” demikian pernyataan BoM dalam laporan cuaca tropis terbarunya, Senin (14/4/2025).

Meski demikian, BoM mengingatkan adanya ketidakpastian dalam hal lokasi pembentukan dan arah gerak sistem tropis 30U. Oleh karena itu, masyarakat di wilayah terdampak diminta untuk tetap mengikuti informasi dan pembaruan cuaca terbaru dari otoritas terkait.

Analisis dari Joint Typhoon Warning Center (JTWC) menunjukkan bahwa lingkungan di sekitar sistem 97P saat ini cukup mendukung untuk pengembangan siklon tropis. Beberapa indikator pendukung yang tercatat antara lain:

Geser angin rendah di kisaran 20–30 km/jam (10–15 knot)

Suhu permukaan laut hangat, antara 29–30°C

Kelembaban atmosfer yang cukup tinggi, yang memperkuat potensi pembentukan awan konvektif

“Kondisi ini menunjukkan bahwa bibit 97P memiliki potensi berkembang secara bertahap dalam 24 jam ke depan, dengan pergerakan umum menuju arah timur,” demikian laporan JTWC.

Jika sistem ini berkembang menjadi siklon tropis, maka diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas kelautan serta cuaca ekstrem di kawasan Australia bagian utara dan sekitarnya, termasuk kemungkinan peningkatan curah hujan, angin kencang, dan gelombang tinggi.

Meski saat ini bibit siklon 97P masih berada di wilayah perairan Australia, wilayah Indonesia bagian timur, khususnya Maluku dan Papua, juga perlu waspada terhadap potensi dampak tidak langsung, seperti peningkatan intensitas hujan, angin kencang, dan gelombang laut tinggi.

BMKG Indonesia hingga kini terus melakukan pemantauan aktif terhadap perkembangan sistem ini melalui radar cuaca dan satelit meteorologi.

Masyarakat pesisir, nelayan, serta operator pelayaran di kawasan Laut Arafura dan sekitarnya diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti peringatan dini dari BMKG dan lembaga meteorologi setempat.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  • Bagikan