Pusat Kuliner Banyuasin Gelap Gulita di Malam Hari, Pedagang Keluhkan Tidak Tersedianya Token Listrik

  • Bagikan
Pusat kuliner yang berada di kawasan perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin, tepatnya di Pangkalan Balai. SUARAINDO.ID/ist

Suaraindo.id – Pusat kuliner yang berada di kawasan perkantoran Pemerintah Kabupaten Banyuasin, tepatnya di Pangkalan Balai, kini menjadi sorotan. Tempat yang seharusnya menjadi pusat aktivitas ekonomi warga dan destinasi kuliner, justru gelap gulita saat malam hari akibat tidak tersedianya token listrik.

Pantauan Suaraindo.id pada Selasa malam (15/4/2025), menunjukkan bahwa tidak ada aliran listrik di kawasan tersebut. Fasilitas yang sebenarnya sudah dilengkapi dengan jaringan listrik dan internet itu, menjadi tidak berfungsi sama sekali. Lampu penerangan mati, dan layanan WiFi yang biasanya digunakan pengunjung maupun pedagang pun lumpuh total.

Kondisi ini sangat disayangkan oleh para pedagang yang setiap harinya menggantungkan hidup dari berjualan aneka makanan dan minuman di pusat kuliner tersebut. Selain menjadi tempat makan siang dan sarapan pagi favorit masyarakat, kawasan ini juga berada di lokasi strategis—di pinggir jalan lintas dan dekat dengan pusat pemerintahan Banyuasin.

“Kami tidak bisa jualan kalau malam. Gelap, seperti bangunan tak berpenghuni,” keluh salah satu pedagang yang tak ingin disebutkan namanya. “Padahal kami tetap membayar iuran harian yang katanya digunakan untuk kebutuhan seperti token listrik dan air. Tapi kenyataannya, malam hari seperti ini kami kehilangan pendapatan.”

Ironisnya, meskipun musim hujan, fasilitas WC di area kuliner tersebut juga tidak memiliki pasokan air. Para pedagang mengaku merasa seperti berjualan di tempat yang tidak dikelola dan tidak diperhatikan oleh pemerintah.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Banyuasin, Elma, menjelaskan bahwa penggunaan token listrik sering kali tidak terkendali.

“Token cepat habis karena digunakan seenaknya, termasuk untuk motor listrik. Di pasar manapun, pedagang memakai listrik, dia yang bayar karena mereka berusaha. Kami juga tidak bisa menggunakan dana retribusi karena pernah kena audit BPK,” ungkap Elma.

Sementara itu, salah satu pedagang, SR, juga menyampaikan kekecewaannya. Ia mengaku telah mengisi token listrik sebesar Rp70 ribu melalui pengurus di Darma Wanita, namun kenyataannya tidak sesuai harapan.

“Dulu kami dijanjikan listrik dan air akan tersedia. Tapi kenyataannya seperti ini. Fasilitas lengkap hanya jadi slogan, tidak ada realisasinya,” ujarnya.

Pusat kuliner yang seharusnya menjadi ikon kuliner dan pemberdayaan UMKM lokal ini kini justru menyimpan banyak persoalan yang belum teratasi. Para pedagang berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan agar mereka bisa kembali berjualan dengan nyaman dan aman, terutama di malam hari.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Penulis: CitraEditor: Mila
  • Bagikan