Warga Rumah Adat Limbungan Kesulitan Pasarkan Produk

  • Bagikan

SuaraIndo.id—— Warga Rumah Adat Limbungan Barat Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur, mengaku kesulitan memasarkan produk anyaman tikar yang dihasilkan dari daun pandan.

Kepala Wilayah Dusun Limbungan Barat Desa Perigi Ridwan mengatakan, Limbungan dipersiapkan sebagai Desa Adat sejak sebelum gempa melanda pulau Lombok, tahun 2018 yang lalu.

Bahkan sebanyak 80 unit rumah adat dilakukan perbaikan lansgung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, sebagai upaya Pemerintah untuk mempertahankan kealamian rumah ruamh penduduk.

Namun, paska gempa, perhatian pemerintah mulai berkurang. Terlebih Lombok Timur mulai dilanda Covid-19 yang sangat dirasakan dampaknya sejak awal, oleh masyarakat khususnya dibidang ekonomi.

Berlalunya gempa dan penyebaran Covid-19 mulai melandai, warga sekitar kembali beraktifitas seperti semula. Warga mayoritas sebagai petani, pekebun. Sementara masyarakat yang menempati rumah adat Limbungan melakukan aktifitas dengan membuat tikar dari daun pandan secara manual, yang kebanyakan dari orang tua lanjut usia.

Sejak gempa dan ditengah pandemi ini, masyarakat sekitar mengaku mulai kesulitan memasarkan anyaman tikar yang dihasilkan. Karena tidak adanya wisatawan berkunjung menjadi kendala.

Minimnya pembeli dan tidak adanya pasar jelas, sehingga masyarakat rumah adat Limbungan hanya membuat tikar pada saat mendapatkan orderan atau pesanan. Namun bagi orag tua lanjut usia, karena satu satunya aktiftas yang bisa dilakukan rutin membuat tikar, dalam dua hari satu unit tikar bisa dihasilkan.

Tingginya potensi tikar dari alam tersebut, Pemerintah Dusun mendorong agar Pemerintah Daerah menyediakan pasar khusus bagi masyarakat yang memiliki anyaman tikar alami.

Ridwan mengaku, sejak gempa dan pandemi Covid-19, dampak perekonomian masyarakat sangat dirasakan. Karena masyarakat mayoritas sebagai petani, dimana harga hasil pertanian selama dua tahun terakhir menurun.

Kendala lainnya yang dihadapi oleh Masyarakat Rumah Adat Limbungan yakni, minimnya ketersediaan ilalang, sehingga masyaraat mulai kesulitan mempertahankan rumah adat. Bakan beberapa rumah mulai rusak rata dengan tanah akibat termakan usia, yang diperkirakan berusia ratusan tahun.

Penulis: NanangEditor: Redaksi
  • Bagikan