Belum Ditemukan Obat, Disbunak Kalbar Minta Peternak Awasi Hewan Ternak dari ASF

  • Bagikan
Hewan ternak babi di salah satu peternakan di Kalbar. SUARAKALBAR.CO.ID/IST

Suaraindo.id– African Swine Fever atau ASF ,yang sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya. Menjadikan kekhawatiran bagi Dinas Perkebunan Dan Peternakan (Disbunak) Provinsi Kalimantan Barat mengingat beberapa waktu terakhir ada 44.321 ekor babi di Kalbar dikabarkan mati akibat terserang penyakit ASF.

Ciri-ciri babi yang terjangkit ASF diantaranya diawali dengan tak mau makan dan lemas, ada tanda merah kebiruan pada kulit,diare dan muntah,serta terjadi perdarahan pada seluruh organ yang diawali dengan limpa serta mengeluarkan darah.

Kadisbunak Kalbar, Muhammad Munsif menyebutkan jika kematian hewan babi dikarenakan virus ASF ini di mulai sejak September 2021 hingga Februari 2022.

“Gelombang pertama yakni September 2021,kasus kematian bermula di Kabupaten Kapuas Hulu Lalu Sintang dan Melawi dengan kematian 460 ekor,selanjutnya pada gelombang kedua,Desember 2021, total kematian mencapai angka 11.845 ekor. kemudian pada gelombang ke tiga ,31 Januari 2022 total kematiannya kembali bertambah menjadi 17.845 ekor dan terjadi lonjakan pada 8 Februari 2022,menjadi 44.321 ekor,” ungkapnya di Pontianak, Senin (21/2/2022).

Ia mengatakan jika daerah yang terdampak ditotalkan ada 10 kabupaten kota di Kalbar yaitu Kapuas Hulu,Sintang,Melawi,Sekadau,Sanggau, Landak,Bengkayang,Mempawah,Singkawang dan Kubu Raya. Berdasarkan data yang terangkum, wilayah yang paling merasakan dampak kejadian penyakit ASF adalah Sanggau.

“Sanggau itu paling terdampak penyakit ini, karena kematian hewan bisa mencapai 24.216 ekor, di ikuti sintang 7.030 ekor landak 6.318 dan mempawah 3.416, adanya hal ini saya berharap kepada masyarakat pemilik hewan ternak untuk berperan aktif dalam pengawasan pengiriman hewan babi, agar tidak membawa virus dan menjangkiti hewan ternak lain,” tutupnya.

  • Bagikan