Suaraindo.id- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menyelenggarakan kegiatan Workshop Promosi Digitalisasi dan Hilirisasi Produk Sawit Skala UMKM Batch II pada 30 Maret – 1 April 2022 di Padang, Sumatera Barat.
Workshop itu bertujuan untuk mengenalkan
Proses Produksi Produk Hilir Sawit dan Akses Digital Pemasaran Produk UMKM kepada Petani Sawit.
Dalam kegiatan ini dilaksanakan workshop pembuatan pupuk organik dari limbah sawit, produksi sabun dan cokelat berbahan sawit, produksi minyak goreng berbahan sawit, produksi bumbu mie instan berbahan sawit, talkshow platform digital untuk pemasaran produk dan akses pembiayaan UMKM sawit, dan pameran produk UMKM sawit.
Pameran produk-produk UMKM sawit menampilkan diantaranya hand sanitizer sawit, sabun cuci tangan sawit, produk pangan berbasis minyak sawit seperti mie instan, bumbu rendang, dan cokelat, hingga produk-produk kerajinan seperti kotak tisu dan frame cermin yang berbahan tandan kosong sawit dan lidi sawit.
Asisten Deputi Pengembangan SDM UKM Kementerian Koperasi dan UKM, Dwi Andriani Sulistyowati memaparkan bahwa sektor UMKM berkontribusi sebesar 60,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Tidak hanya itu, sektor UMKM juga berkontribusi sebesar 15,6 persen terhadap ekspor non migas Indonesia.
“Berkaitan dengan pemanfaatan platform digital untuk mendorong keterlibatan UMKM dan koperasi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah/lembaga, Kementerian Koperasi dan UKM berkolaborasi dengan LKPP untuk membeli produk UMKM melalui katalog elektronik dan toko daring yang dianggarkan sebesar 40 persen dari APBN dan APBD,” ungkap Dwi.
Dalam kesempatan yang sama, Plh. Kabid Pembinaan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Sumatera Barat, Benny Septialdi menyampaikan, “Diharapkan melalui acara ini, dapat diberikan informasi serta pengenalan proses produksi produk hilir sawit skala UMKM kepada para koperasi petani sawit serta memotivasi para koperasi petani sawit untuk dapat ikut memproduksi produk hilir tersebut,” kata Benny Septialdy dalam pembukaan kegiatan.
Sementara itu, Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Winarna menyampaikan bahwa terjadinya degradasi tanah akibat penggunaan pupuk anorganik dapat disehatkan kembali dengan menggunakan pupuk organik dari by product pabrik kelapa sawit (PKS) berupa limbah padat (tandan kosong kelapa sawit/TKKS, solid, abu boiler, pelepah) dan limbah cair kelapa sawit.
Lebih lanjut dijelaskan Winarna, pemanfaatan tandan kosong sawit dan limbah cair sawit untuk pupuk kompos dapat dilakukan dengan teknologi pengomposan. Proses produksi kompos TKKS sawit meliputi pencacahan, pembuatan tumpukan, pembalikan, penyiraman dengan limbah cair, pengeringan dan pengemasan.
“Potensi pengembangan pupuk organik dari by product pabrik kelapa sawit masih sangat tinggi. Kandungan hara yang ada di limbah sawit cukup tinggi dan lengkap. Hasil kompos juga berkualitas tinggi dan seragam,” kata Winarna.
Sekretaris LPPM Universitas Andalas Padang, Muhammad Makky menyampaikan bahwa Indonesia berpotensi mengembangkan konsep One Village One Product (OVOP) berbasis produk sawit.
Dijelaskan Makky, produk anyaman seperti yang berbahan lidi sawit menjadi pioneer dalam pengembangan konsep OVOP seperti frame cermin dan kotak tisu.
Selain itu, Peneliti Utama Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Donald Siahaan menyampaikan, minyak inti sawit berpotensi sebagai Cocoa Butter Substitute (CBS) karena sifatnya yang short melting range dan dapat dibuat dengan proses hidrogenasi. CBS yang dihasilkan ini tidak mengandung asam lemak trans dan memiliki karakteristik yang mirip dengan Cocoa Butter yang ketersediaannya semakin menipis.
Petani sawit yang proporsi kepemilikan lahannya mencapai kurang lebih 45 persen dari total luas lahan sawit di Indonesia merupakan salah satu komponen penting dari sektor sawit.
Peranan para petani sawit ini diharapkan bukan hanya dalam bentuk penyediaan pasokan TBS sebagai bahan baku produksi CPO, namun juga terlibat dalam rantai produksi produk-produk hilir sawit.