Suaraindo.id – Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Jeruju Besar yang resmi beroperasi sejak diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada 21 Juli 2025, kini menghadapi kendala serius terkait keterbatasan pasokan gas LPG 3 kilogram.
Kepala Desa Jeruju Besar, Nurhalijah, menyampaikan bahwa keberadaan koperasi sangat membantu masyarakat, terutama karena harga sembako yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan harga di pasaran.
“Nah, seperti LPG, kemudian bahan-bahan pokok lain seperti gula yang lebih murah dibanding harga pasaran. LPG itu di pasaran Rp20 ribu sampai Rp25 ribu, di koperasi hanya Rp18.500,” ujarnya, Selasa (30/09/2025).
Namun, antusiasme warga ternyata tidak sebanding dengan jumlah pasokan yang diterima koperasi. Saat ini, KDMP hanya mampu melayani sekitar 4–5 persen dari total kepala keluarga (KK) di Desa Jeruju Besar.
“Warga ini sangat antusias sekali, cuma memang dari koperasinya tidak mampu melayani. Karena apa? Memang pasokan yang disuplai ke kami, termasuk LPG, itu relatif kecil,” jelas Nurhalijah.
Ia berharap kunjungan Menteri Koperasi dan UKM RI, Ferry Juliantono, yang dijadwalkan hadir di koperasi pada Selasa siang, dapat membawa solusi nyata.
“Harapannya dengan datangnya Pak Menteri, kuota untuk LPG ini bisa ditambah. Yang tadinya hanya 100–200 per bulan, mudah-mudahan bisa diberikan lebih dari itu,” tambahnya.
Selain LPG, koperasi juga menjual bahan pokok dengan harga lebih terjangkau. Misalnya, gula pasir yang di pasaran seharga Rp18.000 per kilogram, dijual di koperasi Rp16.500–Rp17.000 per kilogram. Begitu pula beras SPHP yang dipatok Rp12.000 per kilogram, lebih murah dibanding harga beras standar Rp15.000 per kilogram di pasaran.
Dengan harga kompetitif dan keberadaan koperasi yang menyentuh kebutuhan dasar warga, masyarakat Jeruju Besar berharap pemerintah dapat memperhatikan keterbatasan pasokan agar manfaat koperasi semakin dirasakan luas.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
