Tarif Impor Baru Trump Picu Ketidakstabilan Global, Indonesia Terancam Dampaknya

  • Bagikan
Kebijakan tarif Trump diumumkan Rabu (2/4/2025). SUARAINDO.ID/SK

Suaraindo.id – Kebijakan tarif impor terbaru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (2/4/2025) diprediksi akan mengguncang stabilitas ekonomi global. Selain menimbulkan risiko ketegangan dagang dengan China, kebijakan ini juga dikhawatirkan memberikan dampak negatif langsung terhadap perekonomian Indonesia.

Situasi menjadi semakin kompleks ketika pemerintah China merespons dengan kebijakan balasan yang berpotensi memicu gelombang baru perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, menilai langkah Trump tersebut tidak hanya berisiko terhadap perdagangan global, tetapi juga bisa mengguncang pasar keuangan Amerika Serikat sendiri.

“Saya duga ini bisa merembet ke mana-mana. Inflasi bisa naik, dan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan berdampak pada pasar obligasi dan iklim investasi secara keseluruhan,” ujar Tauhid, dikutip dari Beritasatu.com, Selasa (8/4/2025).

Di tingkat domestik, Indonesia diperkirakan akan ikut terdampak, terutama di sektor ekspor. Tauhid menyebutkan bahwa posisi tawar Indonesia terhadap Amerika Serikat masih cukup lemah, sehingga potensi penerapan tarif tinggi terhadap produk ekspor nasional tetap besar.

“Penurunan ekspor sangat mungkin terjadi, khususnya pada kuartal II hingga kuartal IV tahun ini, karena tarif ini mulai berlaku efektif April,” jelasnya.

Produk-produk ekspor seperti kelapa sawit, elektronik, peralatan rumah tangga, karet, dan kayu menjadi sektor yang paling rentan terdampak kebijakan ini. Perusahaan-perusahaan yang berbasis ekspor diprediksi akan mengalami tekanan signifikan.

Tak hanya itu, kebijakan ini juga bisa berdampak pada penurunan harga komoditas di pasar global, yang otomatis akan menyeret harga komoditas Indonesia ke level lebih rendah.

“Kalau harga komoditas turun, emiten-emiten berbasis sumber daya alam akan terpukul. Disrupsi rantai pasok seperti saat pandemi COVID-19 bisa terjadi lagi, di mana harga sempat jatuh di tahap awal sebelum perlahan naik kembali,” tambah Tauhid.

Meski situasi global tampak mengkhawatirkan, Tauhid menilai bahwa ada peluang rebound jika ketegangan mereda atau jika aksi balasan terhadap tarif Trump meluas dan menciptakan efek harga naik kembali.

Namun untuk saat ini, ia mengimbau pemerintah dan pelaku usaha agar bersiap menghadapi tekanan ekonomi jangka menengah, sekaligus memperkuat strategi diversifikasi pasar ekspor dan penguatan sektor domestik.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

  • Bagikan