WHO: Sebagian Besar Kematian akibat Tenggelam sebenarnya Bisa Dicegah

  • Bagikan

Suaraindo.id–Pada Hari Pencegahan Kematian karena Tenggelam Sedunia yang pertama tahun ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menawarkan solusi penyelamatan jiwa untuk mencegah sebagian besar dari 236.000 kematian akibat tenggelam setiap tahun. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi pada bulan April yang menetapkan hari internasional itu untuk meningkatkan kesadaran akan kematian karena tenggelam sebagai masalah serius. Lisa Schlein melaporkan untuk VOA dari Jenewa.

 

Musim panas telah dirayakan dan disambut sebagai musim ketika hidup lebih santai. Namun, pada catatan yang kurang menyenangkan, musim panas di belahan bumi utara juga merupakan musim puncak kematian karena tenggelam.

Dalam dekade terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 2,5 juta orang telah meninggal dalam insiden tenggelam. Dikatakan, lebih dari setengah dari semua kematian akibat tenggelam adalah orang-orang di bawah usia 30, dengan tingkat tertinggi di antara anak-anak di bawah usia lima tahun.

David Meddings, seorang pejabat medis WHO, mengatakan tenggelam adalah penyebab kematian kedua di kalangan anak-anak dan remaja di bawah usia 19 tahun di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Swiss, dan Prancis. Dia mencatat, meninggal karena tenggelam secara tidak proporsional terutama terjadi di kalangan orang miskin dan terpinggirkan.

“Tingkat tenggelam di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah tiga kali lebih tinggi daripada tingkat yang kami amati di negara-negara berpenghasilan tinggi. Jadi, populasi dengan sumber daya paling sedikit untuk dapat beradaptasi dengan ancaman di sekitar mereka lah yang paling berisiko tenggelam. Kawasan Pasifik Barat memiliki tingkat kematian akibat tenggelam tertinggi di dunia diikuti kawasan Afrika,” ujar Meddings.

 

WHO melaporkan lebih dari 90% kematian karena tenggelam terjadi di sungai, danau, sumur, saluran irigasi dan bahkan tempat-tempat penyimpanan air domestik di negara-negara miskin. Dikatakan, anak-anak dan remaja di daerah-daerah pedesaan paling banyak mengalami kecelakaan secara tidak proporsional.

Meddings mengatakan survei nasional di Afrika menunjukkan sebagian besar kasus tenggelam terjadi di antara pria dewasa muda yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan.

“Misalnya, ada penelitian yang dilakukan di Tanzania di antara komunitas tepi danau yang menunjukkan bahwa risiko kematian akibat tenggelam melebihi risiko kematian pada populasi tersebut akibat HIV, TB, atau malaria. Jadi, 80% kematian terjadi pada pria dewasa muda, yang dalam beberapa kasus harus pergi menangkap ikan dengan kapal yang sering kali tidak aman, tanpa peringatan cuaca sebelumnya dan tanpa pengetahuan cara berenang,” tambahnya.

Laporan tersebut tidak termasuk statistik kematian terkait banjir, kematian akibat kecelakaan transportasi air seperti kapal feri terbalik, atau kematian migran yang terjadi ketika melintasi Laut Tengah yang berbahaya.

 

WHO merekomendasikan sejumlah tindakan hemat biaya yang efektif. Dikatakan anak-anak harus diberi pelajaran dasar berenang dan keterampilan keselamatan dalam air, sumur, dan area air yang berpotensi berbahaya harus dipagari, dan para pengamat harus dilatih dalam penyelamatan dan resusitasi yang aman. WHO mengatakan, peraturan berperahu dan menggunakan angkutan feri yang aman harus ditegakkan dan menyerukan agar manajemen risiko banjir ditingkatkan. [lt/ka]

  • Bagikan