Suaraindo.id–Kota terbesar kedua Ukraina menghadapi gempuran Rusia yang kian meningkat pada Selasa (1/3), sementara satu barisan pasukan Rusia berada di sepanjang jalan di sebelah utara Ibu Kota Ukraina, Kyiv, pada hari keenam invasi Rusia terhadap negara tetangganya itu.
Kementerian Luar Negeri Ukraina membagikan video salah satu serangan di gedung Administrasi Pemerintah Regional Kharkiv di pusat kota, yang menyisakan bola api raksasa dan asap.
“Rusia melancarkan perang yang melanggar hukum kemanusiaan internasional,” cuit kementerian itu. “Membunuh warga sipil, menghancurkan infrastruktur sipil. Target utama Rusia adalah kota-kota besar yang kini ditembaki oleh misil-misilnya.”
Belum ada pernyataan langsung mengenai korban akibat serangan itu, tetapi pihak berwenang di Kharkiv mengatakan serangan Rusia secara keseluruhan telah menewaskan sedikitnya 11 orang dan mencederai puluhan lainnya.
Pasukan Rusia di sebelah utara Kyiv diawasi dengan cermat di tengah-tengah kekhawatiran mengenai serangan terhadap ibu kota. Para pejabat pertahanan AS dan intelijen Inggris menyatakan konvoi itu belum membuat banyak kemajuan ke arah kota itu dalam beberapa hari ini, dengan seorang pejabat AS memberitahu wartawan pada Senin (28/2) bahwa “dorongan utama” berada dalam jarak 25 kilometer di luar kota itu.
Citra satelit dari Maxar Technologies telah menunjukkan bahwa konvoi semakin panjang, membentang sekitar 64 kilometer dalam foto-foto yang diambil hari Senin.
“Bagi musuh, Kyiv adalah target utama,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pesan video pada Senin (28/2) malam. “Kami tidak akan membiarkan mereka mendobrak pertahanan ibu kota, dan mereka mengirim para penyabot kepada kami … Kami akan melumpuhkan mereka semua.”
Kremlin menyatakan Presiden Rusia Vladimir Putin memberitahu pemimpin Prancis Emmanuel Macron dalam percakapan telepon hari Senin bahwa suatu penyelesaian hanya dapat terjadi jika “kepentingan keamanan Rusia yang sah” dipertimbangkan, termasuk demiliterisasi Ukraina.
Australia pada Selasa (1/3) mengumumkan rencana untuk mengirimkan misil-misil ke Ukraina sebagai bagian dari paket bernilai 50 juta dolar. PM Australia Scott Morrison mengatakan kepada wartawan bahwa bantuan letal dan nonletal datang sebagai tanggapan atas seruan Zelenskyy kepada sekutu-sekutu Ukraina agar mengirimkan dukungan bagi militer negaranya untuk melawan invasi Rusia, dan “itulah persisnya yang kami lakukan,” kata Morrison.
Para anggota parlemen AS sedang mempertimbangkan permintaan Gedung Putih bagi bantuan militer dan kemanusiaan bernilai 6,4 miliar dolar untuk Ukraina. Duta Besar Ukraina untuk AS Oksana Markarova mengatakan kepada sekelompok senator AS dalam pertemuan hari Senin bahwa Ukraina memerlukan lebih banyak senjata.
“Ini David versus Goliath,” kata Senator Jim Risch, anggota senior partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri, seraya menyebutkan tentang militer Rusia yang jauh lebih besar daripada militer Ukraina. “Menurut saya setiap manusia yang membaca laporan dari sana menyadari bahwa ini mengerikan.”
Markarova juga menganjurkan sanksi-sanksi AS terhadap sektor minyak dan gas Rusia setelah bergabung bersama banyak negara lain untuk menetapkan tekanan ekonomi terhadap Putin dengan sanksi-sanksi yang menarget para pejabat tinggi, tokoh-tokoh bisnis dan sistem keuangan Rusia.
“Kita perlu mempertimbangkan arus energi dari Rusia ke AS dan meminta sekutu-sekutu kita untuk tujuan yang sama,” kata senator Demokrat Richard Blumenthal. [uh/ab]