Israel Tolak Rencana AS Untuk Selidiki Pembunuhan terhadap Jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh

  • Bagikan
Sejumlah warga Palestina mengunjungi lokasi di mana jurnalis veteran Shireen Abu Akleh tewas ditembak oleh tentara Israel di Tepi Barat, pada 18 Mei 2022. (Foto: AP/Majdi Mohammed)

Suaraindo.id – Perdana Menteri sementara Israel Yair Lapid, pada Selasa (15/11), memperkuat tekad negaranya untuk tidak bekerja sama dengan penyelidikan penuh yang dilancarkan oleh Amerika Serikat terhadap penembakan fatal veteran wartawan Al Jazeera yang juga warga negara Palestina dan AS, Shireen Abu Akleh.

Sejumlah laporan pada Senin (14/11) malam menyatakan bahwa Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah memutuskan untuk melakukan penyelidikan atas kematian sang jurnalis, menyusul tekanan dari keluarga dan para pendukung Akleh dalam beberapa bulan terakhir.

Departemen Kehakiman menolak mengomentari laporan tentang penyelidikan penuh itu, tetapi keluarga Akleh menyambut baik berita tersebut.

Sebelumnya Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengecam penyelidikan itu dan menyebutnya sebagai “kesalahan besar.”

Perdana Menteri sementara Yair Lapid menggemakan kecaman Gantz itu selepas pelantikan parlemen Israel yang berlangsung pada Selasa.

“Tentara IDF tidak akan diselidiki oleh FBI atau negara dan badan asing mana pun, sekuat apapun persahabatan kami.”

Penyelidikan itu berisiko mengganggu kemitraan kuat Amerika Serikat dan Israel ketika Israel bersiap membentuk pemerintahan berhaluan paling kanan dalam sejarah, dan ketika Partai Demokrat yang progresif menyerukan sikap lebih skeptis terhadap salah satu sekutu terdekat Amerika Serikat itu.

Penyelidikan penuh itu akan secara langsung menantang klaim Israel bahwa mereka meminta pertanggungjawaban tentaranya atas tindakan mereka di wilayah Palestina.

Pendukung Akleh menuduh Israel telah dengan sengaja membunuh wartawan perempuan berusia 51 tahun itu dan mendesak AS untuk membuka penyelidikan penuh.

Ketika ditembak saat sedang meliput serangan militer Israel di kamp pengungsi di Jenin pada Mei lalu, Shireen Abu Akleh mengenakan helm dan rompi pelindung bertuliskan kata “PERS” berukuran besar. [em/jm]

  • Bagikan