Suaraindo.id – Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak pendek ke arah perairannya di timur pada Kamis (16/11). Peluncuran dilakukan beberapa jam setelah negara itu mengancam akan melancarkan tanggapan militer yang “lebih keras” kepada Amerika yang memperkuat komitmen keamanannya terhadap sekutunya, Korea Selatan dan Jepang.
Rudal itu ditembakkan dari daerah pesisir timur Wonsan pada pukul 10:48 pagi, dan mendarat di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang, menurut Korea Selatan. Setelah mendeteksi peluncuran itu, militer Korea Selatan, Amerika, dan Jepang langsung mengutuk peluncuran itu, yang menurut mereka mengancam stabilitas di kawasan tersebut. Dilansir dari VOA [Jaringan Suaraindo.id]
Itu adalah rudal balistik pertama Korea Utara yang ditembakkan dalam delapan hari dan yang terbaru dalam rentetan uji coba dalam beberapa bulan ini. Korea Utara sebelumnya mengatakan beberapa uji coba itu merupakan simulasi serangan nuklir terhadap Korea Selatan dan Amerika. Menurut banyak pakar, Korea Utara pada akhirnya ingin meningkatkan kemampuan nuklirnya untuk merebut konsesi yang lebih besar dari para pesaingnya.
Kamis pagi (16/11), Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui memperingatkan bahwa kesepakatan KTT AS-Korea Selatan-Jepang baru-baru ini mengenai Korea Utara akan membuat ketegangan di Semenanjung Korea “lebih tidak dapat diprediksi.”
Pernyataan Choe adalah tanggapan resmi pertama Korea Utara terhadap KTT trilateral Presiden Amerika Joe Biden dengan mitranya dari Korea Selatan dan Jepang di sela-sela pertemuan regional di Kamboja, Minggu. Dalam pernyataan bersama, ketiga pemimpin mengecam keras uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini dan setuju bekerja sama untuk memperkuat pencegahan. Biden menegaskan kembali komitmen Amerika untuk membela Korea Selatan dan Jepang dengan berbagai kemampuan, termasuk senjata nuklirnya.
Rudal Korea Utara yang diluncurkan Kamis (16/11), terbang sejauh 240 kilometer pada ketinggian maksimum 47 kilometer, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan. Pihaknya menilai peluncuran itu “provokasi besar” yang merusak perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea. [ka/ab]