Suaraindo.id – Puluhan ribu orang turun ke jalan di ibu kota Serbia, Beograd, pada Minggu (22/12/2024), untuk menuntut para pemimpin negara bertanggung jawab atas insiden tragis runtuhnya atap stasiun kereta yang menewaskan 15 orang pada bulan lalu. Demonstrasi ini merupakan bagian dari protes yang telah berlangsung lebih dari tujuh pekan di seluruh Serbia, setelah insiden tersebut terjadi di kota Novi Sad di bagian utara.
Para pengunjuk rasa, yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa, mengawali aksi dengan mengheningkan cipta selama 15 menit sebagai bentuk penghormatan kepada korban yang tewas. Selama momen keheningan itu, mereka menerangi alun-alun dengan ponsel mereka. Setelah itu, para demonstran menggelar “kebisingan selama setengah jam”, meniup peluit dan vuvuzela untuk menghasilkan suara yang menggema, sebagai simbol perlawanan dan tuntutan keadilan.
Aksi tersebut berlangsung di alun-alun Slavija, bundaran utama di Beograd, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di pusat kota. Berdasarkan pernyataan Kementerian Dalam Negeri, sekitar 29.000 orang turut serta dalam protes tersebut. Di antara poster yang terlihat di kerumunan, ada yang bertuliskan “Negara adalah milik anak-anak” dan “Protes adalah ujian”, yang menuntut agar Perdana Menteri Serbia dan Wali Kota Novi Sad mengundurkan diri serta agar pihak yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut diadili.
Lazar, seorang insinyur perangkat lunak berusia 24 tahun, mengatakan kepada AFP, “Pemerintah harus memenuhi setiap tuntutan mahasiswa dan itu berarti mengadili semua orang yang bertanggung jawab atas tragedi itu.” Selain mahasiswa, demonstrasi ini juga didukung oleh berbagai kelompok, termasuk petani, aktor, dan warga dari seluruh Serbia, termasuk dari kota Nis di wilayah selatan.
“Pada saat ini, mendukung kaum muda ini adalah hal yang paling penting,” kata Nenad Radovanovic, seorang pensiunan yang turut hadir di aksi tersebut.
Selain menuntut agar pihak yang bertanggung jawab dihukum, mahasiswa juga menuntut agar proses hukum terhadap para demonstran yang terlibat dalam protes sebelumnya dibatalkan dan agar mereka yang menyerang para demonstran diadili.
Untuk meredakan kemarahan publik, pihak berwenang telah berusaha menenangkan protes dengan mengumumkan berbagai subsidi untuk kaum muda. Pemerintah juga memutuskan untuk menutup sekolah lebih awal untuk liburan musim dingin. Namun, mahasiswa menyatakan bahwa tuntutan mereka hanya dipenuhi sebagian, dengan hampir semua fakultas universitas negeri di seluruh negara diblokade oleh mahasiswa sebagai bentuk protes.
Daria Poljolka, seorang arsitek berusia 27 tahun, mengungkapkan ketidakpuasannya, “Saya di sini karena sudah tidak tahan lagi. Kami semua turun ke jalan karena ini benar-benar tidak masuk akal dengan apa yang sedang dilakukan di negara ini.”
Insiden yang memicu protes ini terjadi pada 1 November 2024, ketika atap stasiun kereta di Novi Sad runtuh setelah pekerjaan renovasi besar-besaran. Akibatnya, 14 orang tewas, dengan rentang usia antara enam dan 74 tahun, sementara korban ke-15 meninggal di rumah sakit beberapa pekan kemudian.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS