Suaraindo.id – Perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun masih dipenuhi ketidakpastian pada Minggu (2/3/2025). Amerika Serikat menyatakan bahwa belum ada kejelasan apakah perdamaian dapat tercapai, sementara para pemimpin Eropa berkumpul di London untuk menegaskan dukungan mereka terhadap pasukan Kyiv.
Perkembangan terbaru ini terjadi setelah pertemuan di Washington antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat lalu. Pertemuan yang diharapkan menghasilkan kesepakatan strategis justru berubah menjadi konfrontasi sengit. Trump bahkan meminta Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih setelah pembicaraan mengenai kerja sama mineral tanah jarang antara AS dan Ukraina tidak mencapai kesepakatan.
Sementara itu, di London, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumpulkan para pemimpin Eropa dan Zelenskyy untuk menegaskan dukungan militer berkelanjutan bagi Ukraina. Dalam pertemuan tersebut, Starmer menekankan pentingnya menjaga keamanan Eropa melalui kekuatan dan solidaritas.
“Ini adalah momen sekali dalam satu generasi bagi keamanan Eropa. Kita semua harus melangkah maju,” ujar Starmer. Ia juga meyakinkan Zelenskyy bahwa Eropa akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan.
Di sisi lain, sikap AS terhadap penyelesaian perang ini masih menjadi tanda tanya besar. Penasihat Keamanan Nasional Trump, Michael Waltz, dalam wawancara dengan CNN menyatakan bahwa belum jelas apakah Zelenskyy memiliki tujuan yang sama dengan AS dalam mengakhiri perang.
“Pada akhirnya, Rusia dan Ukraina harus merundingkan konsesi untuk mencapai kesepakatan perdamaian. Akan ada imbalan dan hukuman dalam setiap perundingan yang dilakukan,” kata Waltz.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa AS mungkin mendorong Ukraina untuk mencari jalan diplomatik dalam menyelesaikan konflik. Namun, dengan ketidakpastian yang masih membayangi, masa depan perang ini tetap sulit diprediksi.
Dengan perpecahan pandangan antara AS dan Eropa terkait strategi penyelesaian perang, konflik Rusia-Ukraina tampaknya masih jauh dari kata selesai. Ukraina tetap mendapat dukungan dari negara-negara Eropa, tetapi sikap AS yang semakin pragmatis dapat memengaruhi dinamika perang ke depannya. Bagaimana langkah selanjutnya akan ditentukan oleh keputusan strategis para pemimpin dunia dalam beberapa bulan mendatang.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS