Suaraindo.id–Pihak berwenang di Bangladesh Senin (6/6) berjuang untuk menentukan penyebab kebakaran besar yang menewaskan sedikitnya 49 orang, termasuk sembilan petugas pemadam kebakaran, dan melukai lebih dari 100 lainnya, lapor pejabat dan media lokal.
Para ahli telah menyatakan keprihatinan atas standar keselamatan di sektor industri negara itu.
Upaya pemadaman api di BM Inland Container Depot, perusahaan patungan Belanda-Bangladesh, berlanjut semalam setelah kebakaran terjadi sekitar tengah malam pada Sabtu menyusul ledakan dalam peti kemas yang penuh bahan kimia.
Para pejabat mengatakan jumlah korban meningkat selama akhir pekan karena banyak pekerja dan petugas pemadam kebakaran tidak menyadari adanya penyimpanan bahan kimia di depot itu, dan setelah pada awal kebakaran mereka mendekati peti kemas bahan peledak tersebut.
Beberapa ratus pekerja dan puluhan petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api ketika ledakan pertama terjadi.
Depot itu terletak di dekat Pelabuhan Chittagong, pelabuhan utama di negara itu, sekitar 210 kilometer tenggara Ibu Kota, Dhaka, dan merupakan salah satu dari 19 depot semacam itu di wilayah sana.
Purna Chandra Mutsuddy, Wakil Asisten Direktur, Dinas Pemadam Kebakaran Bangladesh, menyatakan pengalamannya :
“Bekerja di depot BM, sangat sulit memanggul mereka (petugas pemadam kebakaran) di pundak saya, mereka yang seperti anak saya sendiri. Saya merasa di dunia ini tidak ada yang lebih menyakitkan dari (yang kami alami) hari ini.”
Kebakaran terbaru itu telah menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah fasilitas semacam itu di Bangladesh – yang ekonominya berkembang pesat di Asia Selatan – menerapkan standar keselamatan.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengatakan dalam sebuah laporan tahun 2020 bahwa keselamatan industri di Bangladesh sangat memprihatinkan.
ILO lebih jauh menyatakan bahwa Bangladesh membutuhkan “struktur tata kelola keselamatan industri yang kredibel dan akuntabel.”
Pada Senin pagi, pihak berwenang mulai mengumpulkan sampel DNA dari anggota keluarga orang-orang yang tewas dalam kebakaran itu karena luka bakar membuat banyak mayat tidak dapat dikenali.
Perdana Menteri Sheikh Hasina mengungkapkan keterkejutannya atas kecelakaan itu dan memerintahkan agar perawatan medis bagi mereka yang terluka diberikan secara memadai.
Bangladesh memiliki sejarah bencana industri, termasuk pabrik yang terbakar dengan pekerja yang terjebak di dalamnya. Kelompok-kelompok pemantau menyalahkan korupsi dan lemahnya penegakan hukum. [lt/uh]