Suaraindo.id – China masih menjadi salah satu destinasi populer untuk investasi asing, dengan opini operator-operator bisnis sejalan dengan data resmi negara tersebut.
Nilai investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke China Daratan, dalam penggunaan aktual, meningkat 14,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 127,69 miliar yuan (1 yuan = Rp2.207) pada Januari. Demikian disampaikan oleh Kementerian Perdagangan China pada Senin (20/2/2023) melansir dari XINHUA.
Dalam mata uang dolar AS, arus masuk FDI naik 10 persen (yoy) menjadi 19,02 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.179).
Sejumlah industri berteknologi tinggi mencatat peningkatan FDI yang pesat sebesar 62,8 persen pada Januari. Secara spesifik, investasi asing di sektor manufaktur berteknologi tinggi melonjak 74,5 persen, sedangkan di sektor jasa berteknologi tinggi naik 59,6 persen.
Di Shenyang, ibu kota Provinsi Liaoning, China timur laut, mobil kelima juta yang diproduksi oleh perusahaan patungan BMW Group di China, BMW Brilliance Automotive Ltd. (BBA), diluncurkan dari lini produksi pada Senin.
Mobil kelima juta itu merupakan sebuah mobil listrik murni baru, BMW i3 eDrive40L, yang menunjukkan bahwa BMW siap menyambut era listrik di industri otomotif China, kata Franz Decker, Presiden sekaligus CEO BBA, dalam sebuah wawancara.
Perusahaan tersebut mengatakan BMW menjual sekitar 42.000 unit kendaraan listrik murni di China pada 2022, naik 91,6 persen dari tahun sebelumnya.
Di Provinsi Guangdong, China selatan, proyek megainvestasi ExxonMobil di Huizhou mencatat kemajuan baru pada Februari setelah menyelesaikan pengangkatan alat berat dan memulai pembangunan sebuah pusat teknologi.
ExxonMobil Huizhou Ethylene Project, dengan total investasi sekitar 10 miliar dolar AS, telah melewati proses pembangunan yang mulus untuk proyek tahap pertama dan melakukan persiapan untuk proyek tahap kedua.
Proyek itu merupakan pusat terintegrasi pertama dari jenisnya bagi ExxonMobil di luar kantor pusatnya di Amerika Utara dengan sebuah pabrik percontohan, pengembangan produk, dan pengembangan proses, yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan teknologi yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik, menurut Fernando Vallina, Chairman ExxonMobil (China) Investment Co., Ltd.
“Kami percaya bahwa Guangdong memiliki lingkungan yang sangat ramah bisnis. Pemerintahnya sangat berpengalaman. Kami akan terus berinvestasi di sini dengan model kami. Ini bukan hanya soal membangun satu pabrik, tetapi membangun kompleks terlebih dahulu kemudian terus meningkatkan reputasi, terus berinvestasi selama bertahun-tahun,” ujar Vallina.
Data menunjukkan bahwa total dana yang tersedia untuk proyek tersebut secara keseluruhan mencapai 1,42 miliar dolar AS, dan investasi akumulatif dalam bentuk aset tetap mencapai 17,55 miliar yuan atau sekitar 2,55 miliar dolar AS hingga akhir 2022.
“China adalah pasar terbesar di dunia untuk bahan kimia. China adalah perekonomian terbesar kedua di dunia. Jadi, China merupakan pasar yang sangat penting bagi kami. Kami percaya bahwa agar dapat sukses secara global, sangat penting untuk meraih kesuksesan di China,” tutur Vallina.
Presiden sekaligus CEO GE Healthcare China Zhang Yihao mengungkapkan ketahanan dan vitalitas ekonomi China yang kuat dan peluang bagi China untuk semakin terbuka di level yang lebih tinggi memperkuat keyakinan perusahaan tersebut terhadap pembangunan yang berakar kuat di China.
FDI yang mengalir masuk ke wilayah tengah China melaporkan ekspansi sebesar 25,9 persen (yoy) pada Januari, disusul dengan 21,6 persen di wilayah barat.
Shu Jueting, juru bicara dari Kementerian Perdagangan China, pada Kamis (16/2) lalu mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa China akan selalu berpegang pada kerja sama terbuka dan memberikan berbagai peluang bagi dunia melalui pembangunannya sendiri.
Bisnis-bisnis asing akan menikmati lebih banyak peluang di pasar yang sangat besar, keterbukaan institusional, dan kerja sama internasional yang diperdalam di China, imbuh Wakil Menteri Perdagangan China Sheng Qiuping.