Suaraindo.id-Konferensi Industri Kehutanan Dunia (World Forestry Industry Conference) pertama dimulai pada Sabtu (25/11) di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, dan mencatat penandatanganan 30 kontrak dengan nilai total lebih dari 40 miliar yuan (1 yuan = Rp2.184) atau sekitar 5,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.593).
Dilansir dari Kantor Berita Xin Hua bahwa Konferensi itu, yang mengusung tema “Industri Hutan Hijau, Masa Depan Kerja Sama yang Cerah” (Green Forest Industry, Bright Cooperation Future), bertujuan membangun platform profesional untuk komunikasi dan kolaborasi dalam sektor kehutanan.
Diselenggarakan oleh Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional China dan pemerintah daerah Guangxi, acara ini menarik lebih dari 5.000 peserta, termasuk perwakilan dari perusahaan-perusahaan domestik dan internasional ternama di bidang budi daya kehutanan, pembuatan kertas, dan mesin industri kehutanan. Konferensi ini juga menarik para pakar, akademisi, dan pembeli global.
Proyek-proyek yang ditandatangani pada Sabtu tersebut mencakup berbagai bidang, termasuk lantai bambu dan kayu, manufaktur furnitur pintar, parfum dan esens, energi biomassa, penyerapan karbon hutan, dan pembiayaan kehutanan.
China telah menjadi kontributor terbesar dan berpertumbuhan tercepat bagi sumber daya kehutanan di dunia.
Pada 2022, total nilai output industri kehutanan China mencapai 9,07 triliun yuan, dengan impor dan ekspor produk kehutanan China mencapai lebih dari 190 miliar dolar AS, menjadikannya negara terdepan di dunia dalam produksi, perdagangan, dan konsumsi produk kehutanan.