Suaraindo.id – Jalan 28 Oktober di Kecamatan Pontianak Utara telah lama dikenal sebagai pusat produksi sayur-mayur, yang menjadi penopang kebutuhan sayur di berbagai pasar Kota Pontianak. Salah satu petani yang cukup lama berkecimpung di bidang ini adalah Subroto, seorang petani yang menanam berbagai jenis sayur di kawasan tersebut.
“Di sini, kami menanam banyak jenis sayuran, seperti kangkung dan beberapa jenis sawi yang laku keras di pasaran,” kata Subroto, Kamis (14/11/2024) pagi. Tanaman-tanaman ini dibudidayakan di lahan gambut yang telah dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar, baik di halaman rumah maupun pekarangan yang diubah menjadi perkebunan mandiri.
Namun, dua bulan terakhir, harga sayur mengalami penurunan drastis hingga di bawah Rp5 ribu per kilogram, yang membuat para petani seperti Subroto harus memutar otak untuk mengatasi tantangan ini. “Biaya perawatan cukup tinggi, jadi kami menanam beberapa jenis sayuran lain agar bisa tetap mencukupi kebutuhan,” ujarnya. Selain kangkung dan sawi, Subroto juga menanam cabai dan daun bawang, sehingga ketika harga satu jenis sayuran jatuh, penghasilan bisa ditopang oleh sayuran lain yang masih memiliki harga jual yang lebih baik.
Menurut Subroto, rendahnya harga sayur disebabkan oleh melimpahnya stok di tengah daya beli yang tidak terlalu tinggi. “Kami berharap kondisi harga ini tidak berlangsung lama, karena berdampak langsung pada penghasilan para petani,” ujarnya dengan harap-harap cemas.
Dengan komitmen dan ketekunan, petani Pontianak Utara terus berupaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat sembari menghadapi fluktuasi harga yang kerap kali menantang. Mereka berharap dukungan pemerintah atau solusi pengelolaan pasar dapat membantu menstabilkan harga demi kesejahteraan petani di kawasan ini.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
