Suaraindo.id—Sampah menjadi permasalahan disetiap wilayah, tidak hanya di Lombok Timur, namun juga se Nusa Tenggara Barat. Penanganan sampah membutuhkan kesadaran dan kepedulian semua pihak untuk menjaga tata kelola kebersihan lingkungan.
Kepala Wilayah Kampung Lauk Dalem Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik Lombok Timur Supratman mengaku sudah bergelut dengan sampah sejak puluhan tahun. Berawal dengan keperihatinan lingkungan setempat, karena minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Sejak awal, Supratman melakukan penanganan dan melakukan pemilahan sendiri setiap hari tanpa ada yang peduli. Namun, seiring waktu berlalu, berkat ketekunannya menangani sampah di Desa setempat, Supratman meraih sejumlah penghargaan dari berbagai Lembaga Pemerintah dibidang Lingkungan.
Seperti Penghargaan pejuang lingkungan Kawasan Timur Indonesia di tahun 2015 oleh Pemerintah Pusat, tahun 2013 menerima Penghargaan pahlawan untuk indonesia dibidang lingkungan yg diselenggarakn oleh salah satu station televisi swasta (RCTI), ditahun 2014 penghargaan NDGS word dibidang lingkungan hidup yang langsung diserahkan okeh Presiden Indonesia di Istana Kepresidenan.
Dengan berbagai penghargaan tersebut, Supratman mendapatkan bantuan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce (kurangi)-Reuse (Gunakan Kembali-Recycle (Daur Ulang) atau (TPS 3R) sejak tahun 2016 lalu.
TPS 3R ini menjadi pusat penanganan sampah. Mulai sampah plastik hingga sampah rumah tangga. Hadirnya TPS 3R ini juga, Suparatman memberdayakan puluhan masyarakat setempat melakukan pemilahan sampah Organik dan Anorganik.
Untuk Anorganik atau sampah plastik dikelola dan dijual kembali. Hasil penjualan dijadikan untuk memberika isentif bagi masyarakat yang terlibat. Sementara untuk organik dikelola sebagai pupuk organik.
Dengan memiliki tiga unit mesih pengolahan sampah Organik, TPS 3R ini mampu menghasilkan 5 ton pupuk organik dari sampah. Pupuk organik dijual ke petani sebesar Rp20 ribu perkarung. Dalam sebulan mampu menghasilkan dana sebesar Rp30 juta perbulannya.
Menurut Supratman, sampah merupakan emas hitam karena mampu menghasilkan uang, yang bisa untuk menggaji masyarakat yang terlibat langsung.
“Kini dengan adanya TPS 3R tersebut, 80 persen sampah di Desa setempat mampu kami tangani dengan baik dan mampu mendaur ulang yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat,”ujarnya.
Menurut Supratman, sisa 20 persen yang tidak ditangani merupakan sampah yang sulit didaur ulang oleh TPS 3R karena tidak adanya fasilitas pendukung.