Suaraindo.id—Festival Kue Bulan atau Cake Moon Festival atau Zhong qiu Festival. Di Indonesia sendiri dalam perayaan Cake Moon Festival sebagian dirayakan warga keturunan Tionghoa, Rabu (22/09/2021).
Kue khas dari Negara Tirai Bambu tersebut menjadi sajian wajib pada saat dalam perayaan Festival Kue Bulan, merupakan Festival Pertengahan Musim Gugur atau juga dikenal dengan nama Festival Bulan.
Djong Sauw Tjhong Tokoh Masyarakat Tionghoa dan juga Badan Kerohanian Majelis Taoisme Indonesia (MTI) Kota Singkawang Kepada Tim suaraindo.id mengatakan Festival Kue Bulan merupakan Festival Musim Gugur atau hari raya panen dan salah satu festival terpenting di negara Tiongkok China. Dirayakan pada hari kelima belas bulan delapan dalam Kalender Tionghoa. Biasanya jatuh pada minggu kedua September sampai minggu kedua Oktober.
“Festival Kue Bulan adalah Festival Musim Gugur merupakan salah satu Festival terpenting di China. Imlek bulan delapan hari kelima belas,” ujar Djong Sauw Tjhong (22/09/2021).
Ia menjelaskan dan menceritakan sekilas Asal muasal sejarah festival kue bulan memiliki banyak versi cerita rakyat. Sebuah cerita yang sangat populer di China mengkisahkan seorang Pemuda dengan keahlian memanah.
Pada masa di Pemerintahan Kaisar Yao (2000 SM), seorang pemanah ulung bernama Hou Yi. Kala itu, bumi di kelilingi oleh 10 matahari yang bergantian menyinari bumi. Namun, suatu hari, kesepuluh matahari muncul bersamaan sehingga bumi pun panas tak terkira.
“Di masa Pemerintahan Kaisar Yao ada seorang Pemuda bernama Hou Yi ahli memanah, bumi yang kita tinggal sekarang dulunya di kelilingi oleh 10 Matahari, pada suatu saat ke 10 Matahari tersebut bersamaan muncul mengakibatkan suhu di bumi sangat panas,” katanya.
Sang kaisar memerintahkan Hou Yi memanah sembilan matahari hingga tersisa satu matahari saja. Singkat cerita, atas keberhasilannya, Hou Yi pun diberi ganjaran pil keabadian oleh Dewi Surga Barat. Pada suatu hari, seorang penjahat bernama Feng Meng menyelinap ke kediaman Hou Yi dan bermaksud mencuri pil keabadian. Agar tidak jatuh ke tangan yang salah, Chang Er (istri Hou Yi) menelan pil itu. Tiba-tiba, Chang Er mendapati dirinya terbang ke langit menuju bulan.
Untuk menghargai pengorbanan Chang Er dan menyerukan perdamaian di muka bumi serta sebagai ungkapan rasa syukur, masyarakat China mewujudkannya melalui kue yang manis dan buah-buahan. Tradisi ini lalu berkembang menjadi Festival Kue Bulan (mooncake), yang diperingati setiap hari ke-15 bulan kedelapan kalender China. Konon, hingga kini dipercaya bahwa selama pertengahan musim gugur, saat bulan bulat penuh dan bersinar benderang, tampak siluet bayangan Chang Er, yang kemudian dikenal sebagai Dewi Bulan.
“Maka untuk menghormati pengorbanan Chang Er dan sebagai ungkapan rasa syukur, kemudian Chang Er sebagai Dewi Bulan,” tutupnya.
Mooncake lazim dibuat untuk memeriahkan pesta atau sekadar berkumpul bersama keluarga sambil meneguk teh China yang pahit. Mooncake juga kerap dihadirkan dalam perayaan rutin tahunan sebagai penanda akhir musim panen.