Suaraindo.id – Peristiwa hilangnya nyawa ibu rumah tangga (IRT), Sawiah warga Desa Rantau Gedang, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil pada 8 Februari 2025 lalu masih membekas bagi warga setempat.
Konflik Buaya dengan Manusia tersebut sangat meresahkan masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai.
“Konflik buaya dengan manusia di Aceh Singkil sangat meresahkan masyarakat pinggiran sungai.
Sehingga aktifitas masyarakat di Sungai Singkil terhenti,” kata Muriadi, alias Dragon warga setempat, Jum’at (17/5/ 2025).
Diketahui, sebelum memasuki Bulan Suci Ramadhan 1446 Hijriah lalu, Buaya tersebut kembali kepermukaan dan meresahkan warga Desa Rantau Gedang, Teluk Rumbia dan Desa Takal Pasir sampai saat ini.
Salah satu warga desa rantau gedang telah menyurati Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh uengajak untuk mendiskusikan atau silaturahmi dengan kepala desa dan tokoh masyarakat desa yang terdampak konflik buaya. Surat tersebut dikirim tanggal 12 mei 2025.
“Kamis 15 mei 2025 Ka Balai BKSDA Aceh sampai di Aceh Singkil dan Kamis malam dengan tanggal yang sama Ka Balai BKSDA Aceh diskusi dengan wakil bupati tanpa melibatkan tokoh masyarakat atau pun kepala desa yang terdampak konflik buaya,” ungkap Muriadi.
Namun, dia menjelaskan sampai hari ini hasil diskusi kepala balai BKSDA Aceh dengan wakil bupati tersebut tidak diketahui.
“Apa hasil dari diskusi tersebut, dikarenakan diskusi Ka balai dengan wakil Bupati Aceh Singkil sepertinya tertutup ke publik dan warga yang terdampak konflik buaya tidak diberitahu,” terangnya.
Semakin mengganasnya buaya di Aceh Singkil, tentu masyarakat menjadi ketakutan ketika mencari nafkah di sungai maupun di laut, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
“Kini buaya yang menjadi penghuni perairan tersebut sewaktu-waktu siap menerkam dan merenggut nyawa kami,” tutup Muriadi.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS